Sabtu, 25 Desember 2010

PERINGATAN 10 MUHARAM 1432 H

Tanggal, 25 Desember 2010 DKM Al-Muhajirin mengadakan peringatan tahun baru Islam, walau terlambat namun peringatan ini merupakan sesuatu yang rutin dilaksanakan oleh Seksi PHBI yang dikomandani oleh Bapak H. Sulaeman, dan syukur Alhamdulillah diselah kesibukan para pengurus masih dapat menyempatkan waktu melaksanakan kegiatan ini, kata ketua DKM saat memberikan sambutan mungkin ketua PHBI orangnya kecil jadi gesit dan lincah kelakarnya. Peringatan tahun baru Islam sengaja dilaksanakan tidak tepat pada waktunya hal tersebut mengingat pada tanggal 10 Muharram merupakan hari raya yatim, sehingga pada tanggal yang telah disepakati baru dapat dilaksanakan yang sekaligus menyampaikan santunan. Santunan diberikan kepada para yatim, piatu, yatim piatu, dhuaha dilingkungan Masjid Al-Muhajirin yaitu, 1). Lingkungan Komplek, 2), Lingkungan gg Roda, 3). Lingkungan Sukadamai, 4). Lingkungan Rt 3/5 Bpk. Arjo, 5). Yayasan Yatim Piatu Raidatul Rahmat. Dana santunan dihimpun dari warga komplek dan sekitar dan Alhamdulillah dana yang terkumpul melebihi target yang direncanakan sehingga jumlah santunan yang diberikan jumlahnya cukup lumayan di banding tahun sebelumnya, menurut ketua panitia Saudara Afif Aryadani, ditambah lagi santunan yang diberikan secara langsung oleh keluarga Bapak H. Budiman. Pada peringatan tahun baru Islam 1432 H atau bertepatan dengan tanggal 25 Desember 2010, diisi dengan Dzikir dan Do'a bersama yang dipimpin oleh Bapak Ust. Dama Suhendar, pimpinan Majelis Dzikir Ibadurrahman yang sekaligus Ketua Yayasan Yatim piatu Raidatul Rahmat Sarua. Acara berlangsung penuh khikmat sehingga banyak para jama'ah yang meneteskan air mata saat muhasabah, dimana masing-masing kita mempunyai latar belakang yang berbeda tentunya setiap langkah yang dijalankan barangkali menghasilkan dosa, baik kepada Alloh SWT maupun kepada manusia, untuk itu saatnya kita menyadari dan memohon ampunan dengan tulus ikhlas kepada-Nya pesan pembukaan sebelum Dizkir dilaksanakan oleh Ust. Dama Suhendar. Sebelum acara inti dilaksanakan terlebih dahulu diisi dengan pembacaan kalam ilahi yang disampaikan oleh Qori cilik dari Yayasan Baitul Quro' yaitu Adik Syahrul Qodri. Juga diisi dengan pembacaan puisi serta rebana dari murid-murid PAI Al-Muhajirin. Acara demi acara berlangsung lancar dimulai pulul 08.00 dan berakhir pada pukul 10.10.


MAKNA MUHARRAM BAGI UMAT ISLAM
Tidak ada sesuatu yang tidak berubah kecuali perubahan itu sendiri. Perubahan itu terjadi dengan sendirinya karena dimakan usia seperti umur suatu benda yang lama kelamaan terus berubah tanpa harus ada campur tangan manusia.Namun, perubahan perilaku manusia memerlukan ikhtiar yang diawali niat, termasuk memaknai pergantian tahun baru Islam 1 Muharram 1430 Hijriyah. Apa makna yang mestinya dicermati masyarakat Islam Indonesia menyambut tahun baru Hijriyah 1 muharram 1430 Hijriyah? “Sebelum melakukan hijrah, Rasulullah SAW sebelumnya mengkaji kemungkinan dan mempelajari langkah diplomasi. Menurut sejarah terjadi tiga hijrah pada masa itu. Pertama hijrah Rasulullah sendiri, kedua para sahabat, dan ketiga Rasulullah dan sahabat,” katanya. Dilihat dari sudut pandang hijrah itu sendiri tidak semuanya berjalan mulus atau sukses. Hijrah yang dilakukan Rasulullah sendiri kurang mendapat perhatian, demikian juga perjalanan hijrah yang dilakukan para sahabat ke wilayah Spayol tidak bertahan lama sebagaimana diharapkan. Hijrah ketiga yang dilakukan Rasulullah bersama sahabat berjalan sukses karena terprogram baik. Hijrah inilah menjadi cacatan sejarah karena utusan Allah SWT dapat melakukan perubahan signifikan dalam kehidupan masyarakat Madinah dan sekitarnya dari yang tidak baik menjadi baik. Oleh karena itu, umat Islam Indonesia harus memahami makna hijrah secara makro. Hijrah bukan hanya pindah dari suatu tempat ke tempat lainnya. Tapi makna hijrah secara luas adalah perubahan, termasuk perubahan pola pikir dalam menempuh perjalanan hidup di dunia ini. “Perubahan akan bermakna manakala pelakunya berniat ikhlas apa yang dikerjakan bernilai ibadah. Bertasbih sambil bekerja juga mengandung makna hijrah apabila sebelumnya kita biasa mengerjakan sesuatu tanpa nilai ganda atau suka bernyanyi sambil bekerja,” katanya.

Bernilai ganda

Karena itu masyarakat muslim negeri ini hendaknya dapat memaknai tahun baru Islam 1 Muharram 1430 Hijriyah bagi perubahan bernilai ganda. Budaya kurang baik tidak bernilai ganda apalagi tidak berguna dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat sudah waktunya ditinggalkan. “Jadi, memperingati tahun Islam bukan hanya sebatas kata tanpa makna tapi kita hendaknya memaknai Hijriyah dengan tindakan perubahan sesuai dinukilkan Rasulullah SAW saat melakukan hijrah. Momentum tahun baru Islam ini sejatinya disahuti perubahan bernilai ganda,” katanya. Harus dipahami bahwa makna pergantian tahun baru Islam itu sebagai momentum perubahan budaya secara individual (ibda’ binafsih), keluarga dan masyarakat yang selama tahun sebelumnya mungkin masih ada kekurangan atau kealpaan, diarah lebih baik di masa mendatang. Perubahan ini dapat dilakukan manakala setiap individu mampu “menghijrahkan” pemikirannya bagi kemajuan dalam kehidupan secara pribadi. Itu langkah minimal yang sejatinya dilakukan setiap muslim dalam memaknai tahun baru Islam, kata Rektor Yusny Saby. Secara makro, sejalan makna tahun hijrah dapat dilakukan melalui upaya menciptakan perubahan sistem pendidikan di setiap jenjang. Kurikulum pendidikan yang selama ini belum memuat makna berupa pernik-pernik hijriyah agaknya perlu diaktualisasikan agar peserta didik memahaminya. “Ini dapat dilakukan masyarakat Aceh melalui pendidikan dengan muatan lokal sesuai syariat Islam yang diberlakukan secara kaffah (menyeluruh) dalam segala sisi kehidupan, termasuk bidang pendidikan sebagai pencipta perubahan di kalangan masyarakat,” katanya. Banyak cara dapat dilakukan untuk memasyarakatkan kata hijriyah kepada masyarakat seperti sosialisasi nama-nama bulan dalam hitungan Islami (hijriyah) kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan formal dan informal, organisasi sosial dan lembaga Pemerintah. Perubahan yang dimulai dari rumah tangga dan dilanjutkan melalui lembaga pendidikan akan membawa dampak positif sejalan dengan perkembangan. Semua itu harus dimulai dari sekarang sebagai menciptakan negerasi muda Islami yang mampu melakukan perubahan dalam kehidupan. “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang akan mengubahnya,” katanya sambil menambahkan, ada tidaknya perubahan dalam kehidupan seseorang atau kelompok masyarakat sangat tergantung pada individu atau kelompok tersebut.

Makna hijrah

Secara makro makna hijrah itu luas. Bisa jadi bermakna sebagai momentum penyatuan persepsi bagi peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan kesejahteraan maupun perubahan secara kaffah (menyeluruh), termasuk organisasi sosial dan politik. Agar makna hijrah lebih kentara dalam kehidupan, menurut Prof Suwito, perubahan dalam segala bidang penting sebagai upaya penyatuan umat Islam Indonesia. Momentum hijriyah ini dinilai tepat untuk mengukit prestasi secara individu serta kelompok, ujarnya. Jika ini dapat diwujudkan tentu makna hijrah lebih menjadi lebih representatif bagi kontribusi pemikiran berkualitas untuk pembangunan umat Islam Indonesia, kata Suwito, yang juga guru besar Filsafat Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri (UIN)B Syarief Hidayatullah Jakarta itu. Kontribusi pemikiran bagi kemajuan umat Islam itu penting dilakukan melalui berbagai kegiatan dan media, sehingga perubahan dalam kehidupan sesuai dengan harapan, yakni maju pemikiran dan kreatifitas pekerjaan, termasuk sosialisasi budaya Islami kepada masyarakat muslim negeri ini. Seperti nama bulan Arab Muharram, Shafar, Rabi’ul-awwal, Rabi’ul-akhir, Jumadil-awwal, Jumadil-akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Zulka’edah, dan Zulhijjah sudah saatnya disosialisasikan, sehingga generasi muda Islam negeri ini dapat memaknainya dalam kehidupan. Iwan Gayo dalam “Buku Pintar Seri Senior” menyebutkan, tahun ini dihitung menurut perjalanan bulan, yaitu terbit tenggelamnya bulan ketika mengedari bumi, yang lamanya 29 hari, 12 jam, 44 menit, 9 detik. Lamanya setahun kira-kira 354 hari, yang terbagi dalam 12 bulan dan setiap bulan antara 29-30 hari. Zulhijjah merupakan bulan terakhir dalam hitungan Islam dan dimulai setiap 1 Muharram. Tahun Islami dihitung sejak berlangsungnya hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah. Menurut perkiraan tahun Gregorian, hijrah itu jatuh pada 15 Juli 622 Masehi. Manakala kontribusi pemikiran representatif dikembangkan dan diimplementasikan dalam kehidupan, tentu lebih makna dibanding memberi informasi pro-kontro yang sulit dipahami masyarakat. Makna seperti ini sejatinya menjadi perhatian ulama dan pakar Islam Indonesia.

MEMAHAMI ANAK YATIM

ANAK yatim adalah anak yang ditinggalkan mati ayahnya selagi ia belum mencapai umur balig. Dalam Islam, anak yatim memiliki kedudukan tersendiri. Mereka mendapat perhatian khusus dari Rasulullah saw. Ini tiada lain demi untuk menjaga kelangsungan hidupnya agar jangan sampai telantar hingga menjadi orang yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, banyak sekali hadis yang menyatakan betapa mulianya orang yang mau memelihara anak yatim atau menyantuninya. Sayang, anjuran Beliau itu sampai kini belum begitu mendapat tanggapan yang positif dari masyarakat. Hanya sebagian kecil saja umat Islam yang mau memperhatikan anjuran itu. Hal ini semestinya tidak layak dilakukan umat Islam yang inti ajarannya banyak menganjurkan saling tolong sesama umat Islam dan bahkan selain umat Islam. Di Indonesia, khususnya di desa-desa, sampai sekarang kebiasaan memberi uang ala kadarnya pada tanggal 10 Muharam kepada anak yatim masih berlaku. Pada setiap tanggal 10 Muharam, anak-anak yatim bergerombol-gerombol mendatangi rumah-rumah orang kaya atau para dermawan. Di situ mereka memperoleh pembagian uang. Kebiasaan demikian sungguh amat terpuji, tetapi apakah para anak yatim hanya butuh bantuan sekali itu?

Tentunya tidak. Mereka membutuhkan bimbingan sampai dirinya mampu mengarungi bahtera kehidupannya sendiri. Betapa mulianya orang yang mau berbuat demikian, sebagaimana hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari bersumber dari Sahl bin Sa’ad bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Saya yang menanggung (memelihara) anak yatim dengan baik ada di surga bagaikan ini, seraya Beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah dan Beliau rentangkan kedua kaki jarinya itu” (H.R. Bukhari).

Allah sendiri berfirman yang artinya, “Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa besar (An-Nisaa:2).

Anak yang ditinggal mati oleh ibunya ketika ia masih kecil bukanlah termasuk anak yatim. Sebab bila kita lihat arti kata yatim sendiri ialah kehilangan induknya yang menanggung nafkah. Di dalam Islam yang menjadi penanggung jawab urusan nafkah ini ialah ayah, bukan ibu. Alquran telah menjelaskan adanya larangan memakan harta anak yatim dengan cara lalim sebagaimana firman Allah yang artinya, “Sesungguhnya orang yang memakan harta anak yatim secara lalim. Sebenarnya mereka itu menelan api neraka sepuluh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala” (An-Nisaa: 10).

Ismail bin Abdurrahman berkata, “Pemakan harta anak yatim dengan lalim itu besok di hari kiamat akan dikumpulkan dan di waktu itu keluarlah api yang menyala-nyala dari mulutnya, telinganya dan matanya sehingga semua orang mengenalnya bahwa ia sebagai pemakan harta anak yatim.”

Para ulama berkata, bagi setiap wali anak yatim bilamana ia dalam keadaan fakir diperbolehkan baginya memakan sebagian anak yatim dengan cara ma’ruf (baik) menurut sekadar kebutuhannya saja demi kemaslahatan untuk memenuhi kebutuhannya tidak boleh berlebih-lebihan dan jika berlebih-lebihan akan menjadi haram. Menurut Ibnul Jauzi dalam menafsirkan “bil ma’ruf” ada 4 jalan yaitu, pertama, mengambil harta anak yatim dengan jalan kiradl. Kedua, memakannya sekadar memenuhi kebutuhan saja. Ketiga, mengambil harta anak yatim hanya sebagai imbalan, apabila ia telah bekerja untuk kepentingan mengurus harta anak yatim itu, dan keempat, memakan harta anak yatim tatkala dalam keadaan terpaksa, dan apabila ia telah mampu, harus mengembalikan dan jika ia benar-benar tidak mampu hal tersebut dihalalkan. Kecuali mengancam orang yang merugikan harta anak yatim, Allah juga akan mengangkat derajat orang-orang yang suka menyantuni anak yatim; sebagaimana sabda Nabi, “Barang siapa yang menanggung makan dan minum (memelihara) anak yatim dari orang Islam, sampai Allah SWT mencukupkan dia, maka Allah mengharuskan ia masuk surga, kecuali ia melakukan dosa yang tidak terampunkan” (H.R. Turmudzi).Dari hadis ini, memberikan jaminan bagi orang-orang yang mau mengasuh anak yatim akan memperoleh imbalan pahala dari Allah SWT, berupa surga yang disejajarkan dengan surga Nabi saw., kecuali ia melakukan dosa-dosa yang tidak terampunkan oleh Allah SWT. Demikianlah kewajiban kita sebagai umat Islam dalam menyantuni anak yatim.

DAFTAR NAMA YATIM DAN PIATU SERTA DUAFA YANG MENDAPAT SANTUNAN PADA TANGGAL 25 DESEMBER 2010

I. Lingkungan Komplek Depkes

  1. Naro Al Kaino
  2. Ekadinata
  3. Revina Damayanti

II. Lingkungan Gg. Roda

  1. Robi
  2. Ayanah
  3. Deny
  4. Krisna
  5. Ery Renaldi Akbar
  6. Rizal
  7. Lutfi
  8. Pratiwi
  9. Yolanda
  10. Yori
  11. Irfan
  12. Kiki

III. Lingkungan Sukadamai

  1. Halimi
  2. Egi Kasubhi
  3. Hesti
  4. Icha
  5. Firdaus
  6. Sigit Sukhem
  7. Dwi Ahmadi
  8. Heni
  9. Fadli Beek
  10. Sa'adah
  11. Arul
  12. Ajat

IV. Lingkungan Rt 3/5 Sawah Lama (Bpk. Arjo)

  1. Fadilah
  2. Febri
  3. Napa
  4. Alpat

V. Yayasan Yatim Piatu Raidatul Rahmat

  1. Alia Agustina
  2. Halim Rahmat
  3. Agus
  4. Kodri
  5. Alex
  6. Zikra
  7. Agung Saputra
  8. Irwan Kurniawan
  9. Oksa
  10. M. Ridwan
SUSUNAN ACARA
  1. Pembukaan oleh MC. Bpk. Amanudin
  2. Pembacaan Kalam Ilahi oleh Adik Syahrul Qodri
  3. Sambutan Ketua DKM Al-Muhajirin Bpk. H. Pudjo Hartono
  4. Pembacaan Puisi oleh Adik. Rizki dan Andri
  5. Kreasi Rebana oleh murid PAI Al-Muhajirin
  6. Santunan
  7. Dzikir dan Do'a yang dipimpin oleh Ust. Dama Suhendar

Minggu, 12 Desember 2010

NOTULEN EVALUASI IDUL ADHA 1431-H

NOTULEN RAPAT : VI

TANGGAL : 5-12-2010

TEMPAT : MASJID

ACARA : EVALUASI QURBAN 1431-H

Jumlah undangan yang disebar : 33 undangan

Jumlah yang hadir:

  1. H. Sulaeman
  2. Amanudin
  3. Budi Erawan
  4. Beno Irianto
  5. H. Pudjo Hartono
  6. Sofyan
  7. Jumadi
  8. Warsono
  9. Kaman
  10. Dodo Suganda
  11. Taswan
  12. Yusmaludin
  13. Atoilah
  14. Amirudin
  15. Sutrisno
  16. Karsikun

· Diawali dengan pembukaan oleh Bpk. Budi Erawan

· Sambutan oleh Ketua Panitia H. Sulaeman

Evaluasi dilakukan per-seksi, dan langsung ditanggapi oleh yang hadir, hasilnya sebagai berikut:

· Menurut informasi kepanitiaan tahun ini (1431-H) terlalu gemuk, seolah-olah seperti pesta pora.

· Kepanitiaan tahun depan perlu merujuk kepada laporan kurban tahun ini, karena ada beberapa hal menjadi catatan yang mengacu pada DKM lain, agar lebih baik lagi.

SIE ACARA

  • Sebelum sholat dimulai ada yang MC, untuk mengatur acara dan meng infokan tata cara sholat ID, barangkali ada jama’ah yang lupa.
  • Untuk bilal perlu di cari yang suara bagus agar lebih khikmat menurut Ust. Sofyan.
  • Saat menyerahkan hewan kurban ada saran doanya pake bahasa Indonesia agar semua tau dan bisa, karena ada beberapa pengurban tidak bisa bhs arab.
  • Para jama’ah kalo bisa saat takbiran bisa hadir karena biar semarak.
  • Dan pada saat pengurban menyerahkan uang agar di ijab kabulkan.
  • Sebelum jagal memotong hewan disarankan membaca nama-nama yang berkurban.

SIE PENJAGALAN

· Kurang tenaga ahli untuk nyeset, dan jagal yang dikirim kurang terampil, begitu juga perlengkapan yang kurang memadai sehingga menghambat proses pelaksanaan pemotongan, yang akhirnya berdampak pada proses pencacahan sampai penaningan. Juga terlalu banyak komanda akhirnya membingungkan saat menjatuhkan hewan.

SIE DISTRIBUSI : TIDAK HADIR

SIE PERLENGKAPAN : TIDAK HADIR

SIE DOKUMENTASI

· Film kegiatan sudah jadi, namun ada info bahwa dokumentasi katanya menghamburkan uang saja, tetapi menurut Ka. DKM laksanakan saja dokumentasi untuk kegiatan2 yang di Masjid, kalau tidak ada dana akan di danai.

· Adanya pertanyaan vcd/dvd itu kapan mau ditayangkan..?

SIE PEMELIHARAAN : TIDAK HADIR

SIE KEAMANAN:

  • Untuk tahun depan perlu di anggarkan bagi yang jaga kandang, karena pada tengah malam merasa lapar dan rokok perlu diperhatikan, secara umum keamanan kondusif.

SIE KEBERSIHAN

  • Perlu diperhatikan alat kebersihan, karena bekas darah tempat pemotongan tdk di uruk sehingga bau tdk sedap dan talenan, bekas cacak masih kotor ada cacahan daging yg nempel sehingga sangat bau.

SIE TRANSPORTASI

  • Usulan yang ditunjuk sie transportasi agar yang tahu alamat yang akan dikirim, dan tenaga cukup 4 orang saja, namun di bagi tugasnya.

SIE K3

  • Yang pesan K3 diharapkan memesan saat rapat di forum kepada sie terkait jangan saat sudah pemotongan baru pesan, sebab sudah habis.
  • Mengenai kulit hitungannya menunggu Pak. Jono

SIE KONSUMSI : TIDAK HADIR, namun menitipkan amanah ke P. Budi bahwa apakah sie konsumsi masih dilanjutkan untuk tahun depan, mohon konfirmasi kepada ibu-ibu.

SEKRETARIAT

  • Laporan pelaksanaan sedang diproses, menunggu laporan dari masing2 seksi, untuk dibukukan.

CATATAN:

    1. Untuk tahun depan barangkali polsek, koramil, lurah perlu dibagi daging kurban, karena ada yang menanyakan dari pihak diatas.
    2. Adanya bantuan satu (1) ekor kambing dari Depkes kemana arah distribusinya..?
    3. Distribusi ke Ustat Mutaqoddimin terlambat menyampaikan, untuk tahun depan petugas ke ustat agar khusus mengantar ke para ustad tersebut.
    4. Untuk pak Dimyati bisa dititip ke Pak. Sofyan.
    5. Daging atas nama bu Yuli, menurut info tim distrubisi dititip rmh sebelah, karena saat di antarkan rumah kosong.

Rabu, 17 November 2010

IDUL ADHA 1431 H

Tanggal 17 Nopember 2010 pengurus DKM Al-Muhajirin Komplek Perumahan Departemen Kesehatan Kelurahan Sawah Ciputat melaksanakan sholat Idul Adha sekaligus pemotongan hewan kurban. Kegiatan diawali dengan sambutan ketua panitia yang sekaligus ketua PHBI DKM Al-Muhajirin periode 2010-2013 yaitu Drs. H. Sulaeman, dalam sambutanya ketua menyampaikan bahwa jumlah hewan kurban yang diterima dari warga berupa sapi sebanyak 6 ekor yang dihimpun dari warga muslim Komplek dan 1 ekor dari warga diluar komplek yaitu Bpk. H. Badruzaman, sedangkan jumlah hewan kambing sebanyak 17 ekor, juga disampaikan pula ucapan terima kasih kepada seluruh panitia baik bapak-bapak, ibu-ibu dan remaja atas kerjasama yang baik sehingga terlaksananya kegiatan tersebut. Selanjutnya Bapak Drs. Diyardi Nugroho, M.Kes selaku pembina DKM dan Ketua RW membacakan sambutan pejabat walikota Tangerang Selatan yang pada intinya menekankan pentingnya meneladani ajaran yang dibawah oleh Rosul Alloh SWT yaitu Nabi Ibrohim dan Ismail as. Sebagai khotib pada pelaksanaan sholat idul adha tersebut adalah Bapak Ust. Drs. Wahid Maulana dan Imam Bpk. Ust. Drs. Sofyan serta bilal Bapak Ust. Sayudi. Usai sholat Id berlangsung hewan yang ada di kandang digiring menuju halaman Masjid untuk diserahkan secara simbolis oleh pengurban kelompok sapi dan kambing kepada panitia, dilanjutkan dengan pemotongan. Pada tahun ini syukur Alhamdulillah pelaksanaan pemotongan berjalan lancar karena Bapak H. Yusrizal, SH dapat membantu melakukan pemotongan bahkan sampai 16 ekor kambing sendiri, sedangkan Bapak H. Chairudin dapat melakukan pemotongan hewan sapi sebanyak 2 ekor. Setelah hewan-hewan dipotong langsung dikuliti oleh panitia dan di cacah yang selanjutnya di taning sejumlah 1000 kantong. Distribusi daging kurban meliputi warga komplek dan sekitarnya, yayasan, panti asuhan, para guru dan Ustad tetap DKM AL-Muhajirin. Kegiatan tersebut dimulai dari pukul 09.00 pagi dan selesai pada 18.00. Do'a dan harapan pengurus DKM Al-Muhajirin semoga pelaksanaan kurban di tahun yang akan datang akan lebih baik dan jangkauan distribusi semakin luas, namun tergantung jumlah hewan kurban yang diterima.Sekret DKM

Sabtu, 25 September 2010

HALAL BI HALAL

Pada tanggal 29 September 2010, DKM Al-Muhajirin menyelenggarakan Halal Bi Halal sekaligus pembukaan pengajian bagi kaum Bapak. Ibu, dan Remaja. Pengurus DKM AL-Muhajirin pada setiap peringatan PHBI, maupun event tertentu mencoba memberikan pelayanan yang terbaik kepada para jama'ah, terbukti pada kesempatan penutupan pengajian menghadirkan penceramah kondang dari Majlis Dzikir Nurul Mustofa, dan pada pembukaan kemarin menghadirkan Kyai Besar pimpinan Pondok Pesantren Tebar Iman, Bpk KH. Cholisuddin Yusa, SQ, MA. pada kesempatan tersebut Bapak Kyai menyampaikan makna hakiki setelah mengarungi masa pendidikan selama bulan ramadhan, apakah makna tersebut tersimpan dalam hati sehingga tampak pada sebelas bulan kedepan...?
RAMADHAN
Yang pertama adalah Taqwa, ciri dari taqwa yang melekat purna ramadhan adalah Khauf yaitu takut kepada Allah SWT dengan ditandai; merasa segala ibadah yang telah dilakukan merasa sedikit walau pada bulan tersebut qiyamul lail, tadarus sedekah dilakukan; lalu keinginan untuk beribadah semakin tambah dan merasa kurang; kemudian tingkat kesabarannya meningkat. Merasa banyak dosa walaupun dosa kecil, seorang yang saleh tidak melihat dosa besar atau kecil tetapi melihat kepada siapa dia berbuat dosa. Merasa hina dihadapan Allah SWT dan merasa rendah hati dihadapan manusia, serta tidak menyepelekan dosa walaupun dosa kecil. Untuk jika datang bulan ramadhan jangan dijadikan TUGAS sebab selesai tugas ya sudah selesai kembali kepada semula.
Yang kedua, menaruh harapan yang tinggi, optimis (Roja) bahwa segala amal perbuatan akan mendapat ganjaran yang luar biasa, sebagai wujudnya ilmu, harta dibuat berjuang di jalan Allah SWT, menjadikan waktu lebih manfaat, dan selalu baik sangka kepada Allah.
Yang Ketiga, Khuf atau cinta kepada Allah SWT, yaitu mudah mengorbankan segala sesuatu kepada Allah, sebagai contoh pada tengah malam saat rasa kantuk luar biasa, masih bisa menghadap dan bermunajat kepada Allah SWT.

IDUL FITRI
Menurutnya yang berhak merayakan idul fitri adalah mereka yang telah menjalankan ibadah di bulan ramadhan dengan sebenarnya, yaitu puasa pada siang hari, tarawih, tadarus dll. Sebab makna idul fitri kembali kepada fitrohnya.
HALAL BI HALAL
Rosulullah mengajarkan kepada kita per erat silaturahmi, sambung persaudaraan sebab didalamnya terdapat manfaat yang luar biasa dan dihadapan Allah akan mendatangkan keberkahan dalam kehidupan di dunia yang akan membawa keselamatan sampai di akhirat. Yang pada intinya jangan putuskan silaturahmi, dan maafkan orang mempunyai salah pada kita, bisakah kita memberi maaf kepada orang yang memaki-maki kita..?

Yang terakhir dalam ceramahnya, Bapak Kyai berpesan bahwa janganlah TAQWA sebagai hiasan tetapi jadikanlah pakaian, dan apapun yang telah kita lakukan selalu berdo'a sebab kekuatan hamba kepada Allah SWT hanyalah melalui do'a.

Acara diatas dimulai dengan sambutan oleh ketua DKM Al-Muhajirin Bapak H. Pudjo Hartono, MPS, yang menyampaikan terimakasih atas kerjasama selama ini dan mohon maaf bila ada kekurangan, juga beliau berpesan melalui makna hari raya mengambil istilah KETUPAT atau disingkat KUPAT. Kupat adanya hanya pada saat hari raya entah bagaimana awal mulanya bahwa upat terdiri dari siku papat (sudutnya ada empat) terkait dengan hari raya tersebut kupat mempunyai makna, Lebaran (membuka lebar-lebar hati kita memberi dan meminta maaf), Luberan (agar kebaikan yang melebih akan membawa berkah), Liburan (dengan adanya liburan pada saat hari raya bisa silaturahmi kepada sanak famili, orang tua) , Leburan (bisa melebur dosa dan kesalahan antar sesama). Sekret DKM Al-Muhajirin

Jumat, 10 September 2010

IDUL FITRI 1431-H

Hakikat Idul Fitri

Setelah kaum muslimin menjalani „tranning" 1 bulan lamanya selama puasa, tentu tiada tanggal yang paling dinantikan selain tanggal 1 Syawal. Pada saat itulah kaum muslimin merayakan hari kemena-ngannya. Kemenangan atas nafsunya. Semua bergembira pada hari itu.Sebelum kita merayakan Idul Fitri sebagai hari kemenangan, penting bagi kita untuk terlebih dahulu memahami hakikat atau arti dari Idul Fitri itu sendiri dan mendudukkannya secara proporsional

, sehingga kita bisa mengambil sikap yang tepat, bagaimana seharusnya kita merayakan hari kemenangan ini, apakah kita akan

merayakannya dengan membeli baju termahal dan berpesta pora serta menyulut kembang api seperti banyak dilakukan sebagian orang pada

malam tahun baru Masehi, ataukah kita akan merayakannya dengan penuh rasa syukur dan sujud kepada Allah.Fitri berarti fitrah atau suci. Sesuai dengan arti kata itu, kaum muslimin pada hari Idul Fitri merayakan kemenangannya karena mereka telah berhasil membersihkan / mensucikan jiwanya dari kotoran dan karat-karat nafsu dunia dan kembali kepada fitrahnya yang suci, yaitu Islam. Bagaimanakah orang yang telah mengembalikan fitrah Islamnya ? Salah satu cirinya yaitu, mereka telah mampu meng-aplikasikan Islam dalam setiap gerak dan langkah kehidupannya di dunia (segala perkataan dan perbuatannya selalu merujuk pada Al-Quran dan Sunnah Rasul), sehingga baginya dunia hanyalah sarana untuk mencapai tujuan akhirat. Mereka yang telah bersungguh-sungguh dalam menjalankan puasanya demi untukmendekatkan dirinya kepada Allah dan mencapai keridhaan-Nya semata. Bukan hanya sekedar memenuhi kewajiban dalam rukun Islamnya saja, apalagi dengan tujuan riya’ (pemer) kepada manusia. Mudah-mudahan Allah menjauh-kan kita dari sifat riya’ ini dan mem

asukkan kita kedalam golongan orang-orang yang bergembira karena puasanya.

Bagaimana Merayakan Idul Fitri ?

Bagi seorang muslim, kegembiraan dalam merayakan Idul fitri tidaklah diungkapkan dengan menuruti hawa nafsu dan dilepas seperti banjir yang meluap-luap. Namun kegembiraan ini akan disalurkannya sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya, agar tidak hanyut dan menimbulkan akibat yang merusak.Isla

m mengajarkan dua hal dalam menyatakan kegembiraan ini, yaitu :

1. Menguatkan hubungan yang bersifat vertikal, yaitu dengan Allah sang Pencipta sebagai tanda syukur.
2. Menguatkan hub

ungan yang bersifat horisontal, antara sesama makhluk, khususnya sesama manusia.

Menguatkan hubungan vertikal ini dapat dilakukan dengan jalan memperbanyak dzikrullah, mengumandan

gkan ucapan Takbir dan Tahmid : Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamd (Allah Maha Besar, Dia-lah yang berhak menerima puja dan puji). Sebagai puncaknya, kaum muslimin mengerjakan shalat Idul Fitri.

Yang kedua adalah membagi kegembiraan dengan mengulurkan tangan kepada orang-orang yang lemah, terutama anak yatim dan fakir miskin, dengan memberikan zakat fitrah kepada mereka. Zakat fitrah diwajibkan kepada setiap Muslim dan Muslimah, kecuali mereka yang tidak mampu, yang hanya mempunyai persediaan makanan di rumah

Pada hari itu juga telah lazim bahwa setiap muslim saling mengunjungi satu sama lain dan saling memaafkan, sehingga ikatan persaudaraan Islam akan semakin kuat. Tetapi satu hal yang kurang pada tempatnya, bahwa kita saling memaafkan

justru pada akhir bulan Ramadhan. Padahal seharusnya hal ini kita lakukan sebelum / menjelang bulan Ramadhan, sehingga kita dapat memasuki bulan Ramadhan denga

n hati yang bersih.

Demikianlah Islam mengajarkan kepada ummatnya, bagaimana merayakan hari kemenangan ini, sehingga di hari yang berbahagia ini tidak ada kesia-siaan yang dilakukan.

Mudah-mudahan selepas bulan Ramadhan ini kita dapat menjadi insan-insan yang bertakwa, sesuai dengan tujuan diadakaannya pembinaan dalam bulan Ramadhan. Bersama-sama kita memohon kepada Allah agar Allah memberikan kekuatan dan bimbingan pada kita dan seluruh kaum muslimin untuk tetap konsisten dalam beramal serta dapat melanjutkan amalan yang selama Ramadhan ini telah berusaha kita giatkan, hingga amalan tersebut tidak hanya menjadi catatan selama Ramadhan yang kemudian ditutup bersamaan dengan usainya bulan Ramadhan.

DKM AL-MUHAJIRIN

Rangkaian kegiatan Ramadhan dan idul fitri 1431-H DKM Al-Mu hajirin meliputi Sholat Isya dan Tarawih secara berjama'ah pada s eti ap malamnya, jama'ah yang melaksanakan ibadah sholat tarawih tahun 1431 H dari awal Ramadhan hingga akhir Ramadhan cukup meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya hal tersebut ditandai dengan jumlah infaq dan shadaqah yang setiap hari cenderung bertambah. Untuk menghidupkan malam ramadhan disela sholat tarawih sebelum witir diisi dengan ceramah agama oleh beberapa mubaligh, yait u dari luar berjumlah 17 orang dan dari lingkungan Masjid AL-Muhajirin 13 orang, juga setelah selesai sholat tarawih diadakan tadarusan, dan alhamdulillah telah meng-khatamkan 2 kali. Suksesnya pelaksanaan kegiatan ramadhan juga didukung oleh peran ibu-ibu yang menyediakan ta'jil sebagai pembuka puasa pada setiap sore se cara bergilir, dan beberapa remaja dan para pensiunan yang menyiapkan sarana shalat pada setiap harinya. Pada sep uluh hari terakhir bulan ramadhan pengurus dan panitia mulai menerima zakat, infaq, mal dan shodaqoh d ari warga komplek dan sekitar, yang alhamdulillah pada tahun ini jumlah muzakki semakin meningkat sehingg a panitia dapat menyalurkan ke beberapa mustahik warga komplek dan sekitar dan yayasan sebagaimana sambutan yang telah disampaikan oleh ketua panitia ramadhan dan idul fitri 1431-H Bapak Budi Erawan, Juga pada tahun ini beberapa jama'ah melakukan qiyamul lail yang dipimpin oleh Ust. Sofyan, hal ini dilakukan sebagai tonggak dan rencana kedepan untuk menghidupkan suasana ramadhan pada sepuluh hari terakhir untuk ber-i'tikaf.
Pada kesempatan yang sama Bapak Diyardi Nugroho, M.Kes selaku Ketua RW 011 menyampaikan
sambutan Bupati Tangerang Selatan untuk kali pertama setelah adanya pemekaran wilayah dari kabupat en induk Tangerang, selain menyampaikan sambutan Bupati juga menyampaikan permohonan maaf atas

n ama pribadi dan keluarga serta atas nama seluruh ketua RT yang ada dilingkungan Komplek Depkes Ciputat ap abila dalam memberikan pelayanan selama tahun berjalan terdapat kekurangan. Pada pelaksanaan sholat Idul F itri 1431 H tersebut sebagai Khotib Bpk. Ust. Edy Rufedy Nur, S.Ag, Imam Bpk. Drs. Wahid Maulana, dan Bilal Saudara Atoilah. Selesai pe laksanaan sholat beberapa panitia dan pengurus membereskan halaman dan dilanjutkan acara silaturahmi seluruh warga Komplek dan sekitar yang bertempat di halaman Bapak RW. Walaupun hari raya idul fitri 1431 H bertepatan dengan hari Jum'at Masjid Al-Muhajirin tetap melaksanakan Sholat Jum'at dengan Khotib Bpk. Ust. Wahid Maulana. (Aman)

Senin, 06 September 2010

TENTANG DO'A JIBRIL KEPADA ROSUL

Doa Malaikat Jibrail Menjelang Ramadhan Ternyata Palsu

Beberapa hari sebelum bulan Ramadhan tiba, saya menerima banyak forward message, forward e-mail dan membaca pos, entri dan buletin di laman web sosial mengenai hadis yang berkaitan dengan doa malaikat Jibrail menjelang Ramadhan. Dari segi logik dan rasionalnya, saya mendapati ada kecacatan dalam hadis tersebut, lalu saya mencari dan menyiasat kebenaran hadis ini. Hadis tersebut ternyata palsu. Berikut adalah pendedahan berkaitan hadis palsu.
Doa Malaikat Jibrail Menjelang Ramadhan
Hadis palsu yang disebarkan berbunyi bergini:

Doa malaikat Jibril menjelang Ramadhan: "Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut:

- Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada);
- Tidak bermaafan terlebih dahulu antara suami isteri;
- Tidak bermaafan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya. "

Maka Rasulullah pun mengatakan Amin sebanyak 3 kali. Dapatkah kita bayangkan, yang berdoa adalah Malaikat dan yang mengaminkan adalah Rasullullah dan para sahabat, dan dilakukan pada hari Jumaat.

Hadis ini telah dipalsukan buktinya diterangkan di bawah:

RIWAYAT YANG ASAL (HADIS SAHIH)

آمين، فلما ارتقى الدّرجَة الثالثة قال: آمين، فلما نزل، قلن: يا رسولَ الله لقَدْ سمعنَا مِنْكَ الْيَوْمَ شَيْئاً ما كُنَّا نَسْمَعُه! قال: إن جِبْريلَ عليه السلام عَرضَ لِي فقال: بَعُدَ منْ أدرَكَ رمَضَانَ فَلِمْ يُغْفَرْلَهُ قلت: آمين، فلما رقيت الثانية قال: بَعُدَ منْ ذكرت عنده فلم يصلّ عَلَيْكَ فقلت آمين، فلما رقيت الثالثة قال: بَعُدَ مَنْ أَدرَكَ أبويهِ الكبر عنده أو أَحَدَهُمَا فلم يُدْخِلاَهُ الْجنَّةَ قلْتُ: آمين

Maksud hadis:
Dari Ka’ab Bin ‘Ujrah (ra) katanya: Rasulullah S.A.W bersabda: Berhimpunlah kamu sekalian dekat dengan mimbar. Maka kamipun berhimpun. Lalu beliau menaiki anak tangga mimbar, beliau berkata: Amin. Ketika naik ke anak tangga kedua, beliau berkata lagi: Amin. Dan ketika menaiki anak tangga ketiga, beliau berkata lagi: Amin. Dan ketika beliau turun (dari mimbar) kamipun bertanya: Ya Rasulullah, kami telah mendengar sesuatu dari tuan pada hari ini yang kami belum pernah mendengarnya sebelum ini. Lalu baginda menjawab:

“Sesungguhnya Jibrail (as) telah membisikkan (doa) kepadaku, katanya: Celakalah orang yang mendapati bulan Ramadhan tetapi dosanya tidak juga diampuni. Lalu aku pun mengaminkan doa tersebut. Ketika aku naik ke anak tangga kedua, dia berkata lagi: Celakalah orang yang (apabila) disebut namamu di sisinya tetapi dia tidak menyambutnya dengan salawat ke atasmu. Lalu aku pun mengaminkannya. Dan ketika aku naik ke anak tangga yang ketiga, dia berkata lagi: Celakalah orang yang mendapati ibubapanya yang sudah tua atau salah seorang daripadanya, namun mereka tidak memasukkan dia ke dalam syurga. Lalu aku pun mengaminkannya

Hadis Riwayat Bazzar dalam Majma'uz Zawaid 10/1675-166, Hakim 4/153 disahihkannya dan disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi dari Ka'ab bin Ujrah, diriwayatkan juga oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad no. 644 (Shahih Al-Adabul Mufrad No.500 dari Jabir bin Abdillah)

DO'A MALAIKAT JIBRIL

Kisah ini terjadi pada diri Rasulallah dan para sahabatnya. Saat itu malam hari raya seperti biasanya Rasul dan para sahabat membaca Takbir,Tahmid dan Tahlil di Masjidil Haram.Saat sedang bertakbir, tiba- tiba Rasulullah keluar dari kelompok dan menepi kearah dinding. Kemudian Rasullah mengangkat kedua tangannya ( layaknya orang berdoa ) saat itu Rasul mengatakan amin sampai tiga kali.Setelah Rasul mengusapkan kedua tangan diwajahnya (layaknya orang selesai berdoa ) para sahabat mendekati dan bertanya : Ya Rasul apa yang terjadi sehingga engkau mengangkat kedua belah tanganmu sambil mengatakan amin sampai tiga kali ?
Jawab Rasul : “Tadi saya didatangi Jibril dan meminta saya mengaminkan doanya.?”
“Apa gerangan doa yang dibacakan Jibril itu ya Rasul ?” tanya sahabat.Kemudian Rasul menjawab : “Kalau kalian ingin tahu inilah doa yang di sampaikan Jibril dan saya mengaminkan?
  • Ya Allah ya Tuhan kami Janganlah diterima amal Ibadah kaum Muslimin selama bulan Ramadhan apabila dia masih bersalah kepada orang tuanya dan belum dimaafkan?. Rasul mengatakan Amien.
  • Ya Allah ya Tuhan kami Janganlah diterima amal ibadah kaum muslimin selama bulan Ramadhan apabila suami isteri masih berselisih dan belum saling memaafkan.? Rasul mengatakan amien
  • Ya Allah ya Tuhan kami janganlah diterima amal Ibadah kaum Muslimin selama bulan Ramadhan apabila dia dengan tetangga dan kerabatnya masih berselisih dan belum saling Memaafkan.? Rasul mengatakan amien”

Demikianlah doa yang dibaca Jibril sehingga Rasul mengaminkan sampai tiga kali. Namun disini ada 4 Faktor yang membuat doa tersebut pasti dikabulkan Allah yaitu:

  1. Yang berdoa Jibril Mahluk yang sejak diciptakan tidak pernah membantah dan berbuat dosa kepada Allah
  2. Yang mengaminkan doa tersebut Muhammad manusia Maksum yang telah diampuni semua dosanya
  3. Tempat berdoa adalah Masjidilharam tempat yang mendapat berkah dari Allah
  4. Waktu berdoa adalah malam aidil fitri iaitu satu diantara sepuluh malam jika kita berdoa langsung di ijabah oleh Allah.Jadi jika kita ingin Amal ibadah kita di bulan Ramadhan ini diterima Allah maka hindarilah tiga yang diatas. Karena selama tiga persoalan diatas belum diselesaikan maka amal ibadah kita selama bulan ramadhan masih digantung oleh Allah sampai kita menyelesaikannya.

Kamis, 19 Agustus 2010

KUMPULAN KULTUM RAMADHAN 1431-H


3 Cara Allah SWT Mengawasi

Karena takut didatangi pencuri, maka warga suatu perumahan menyewa penjaga atau hansip. Tetapi terkadang pencurian masih terjadi walau hansip sudah dibayar. Hal ini bisa terjadi bila hansip tersebut lengah atau ketiduran, sehingga si pencuri bisa melakukan aksinya. Hansip juga manusia!

Bagaimana dengan Yang Maha Mengetahui? Allah SWT mengawasi manusia 24 jam sehari atau setiap detik tidak ada lengah. Didalam melakukan pengawasan, ada 3 cara yang dilakukan Allah SWT:

1

Allah SWT melakukan pengawasan secara langsung. Tidak tanggung-tanggung, Yang Menciptakan kita selalu bersama dengan kita dimanapun dan kapanpun saja. Bila kita bertiga, maka Dia yang keempat. Bila kita berlima, maka Dia yang keenam (QS. Al Mujadilah 7). Bahkan Allah SWT teramat dekat dengan kita yaitu lebih dekat dari urat leher kita.

qs-qaaf-16.gif
“Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS. Qaaf 16)

2

Allah SWT melakukan pengawasan melalui malaikat.

qs-50-17.gif

“ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.” (QS. Qaaf 17). Kedua malaikat ini akan mencatat segala amal perbuatan kita yang baik maupun yang buruk; yang besar maupun yang kecil. Tidak ada yang tertinggal. Catatan tersebut kemudian dibukukan dan diserahkan kepada kita (QS. Al Kahfi 49).

3

Allah SWT melakukan pengawasan melalui diri kita sendiri. Ketika kelak nanti meninggal maka anggota tubuh kita seperti tangan dan kaki akan menjadi saksi bagi kita. Kita tidak akan memiliki kontrol terhadap anggota tubuh tersebut untuk memberikan kesaksian sebenarnya.

qs-36-65.gif

“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (QS. Yaasiin 65)

Kesimpulannya, kita hidup tidak akan bisa terlepas dimanapun dan kapanpun saja dari pengawasan Allah SWT. Tidak ada waktu untuk berbuat maksiyat. Tidak ada tempat untuk mengingkari Allah SWT. Yakinlah bahwa perbuatan sekecil apapun akan tercatat dan akan dipertanyakan oleh Allah SWT dihari perhitungan kelak.

Berdoa di Bulan Ramadhan

Aturan untuk shoum di bulan Ramadhan telah ditetapkan Allah SWT dalam surat Al Baqarah dari ayat 183 sampai ayat 187. Hampir seluruh ayat tersebut terdapat kata-kata shoum:

  • (Al Baqarah 183)
  • (Al Baqarah 184)
  • (Al Baqarah 185)
  • (Al Baqarah 187)

Hanya ayat 186 yang tidak mengandung kata shoum:

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

Peletakan ayat ini diantara ayat-ayat tentang shoum Ramadhan bukan tanpa maksud. Kalau ditilik dari asbabun nuzul ayat ini adalah berkenaan dengan datangnya seorang Arab Badui kepada Nabi SAW yang bertanya: “Apakah Tuhan kita itu dekat, sehingga kami dapat munajat/memohon kepada-Nya, atau jauh, sehingga kami harus menyeru-Nya?” Nabi SAW terdiam, hingga turunlah ayat ini. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Marduwaih, Abussyaikh dan lain-lain).

Menurut riwayat lain, ayat ini turun berkenaan dengan sabda Rasulullah SAW: “Janganlah kalian berkecil hati dalam berdoa, karena Allah SWT telah berfirman ‘Ud’uni astajib lakum’ (berdoalah kamu kepada-Ku, pasti aku mengijabahnya)” (QS 40:60). Berkatalah salah seorang di antara mereka: “Wahai Rasulullah! Apakah Tuhan mendengar doa kita atau bagaimana?” Sebagai jawabannya, turunlah ayat ini (Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asakir yang bersumber dari Ali.)

Menurut Sayyid Qutb dalam kitabnya Fii Zhilalil Quran, Allah menjawab langsung tentang keberadaanNya yang sangat dekat dan langsung berfirman bahwa Dia akan mengabulkan segala doa kita. Dalam ayat ini juga terdapat tiga syarat untuk diterimanya suatu doa. Pertama, doa tersebut harus dipanjatkan kepada-Nya secara langsung. Jadi janganlah kita berdoa kepada mahluk Allah seperti jin, makam atau pohon. Dan kalaupun berdoa akan lebih baik apabila doa tersebut diucapkan secara langsung kepada-Nya. Syarat kedua dalam berdoa adalah kita harus memenuhi segala perintah Allah SWT. Seperti ketika seorang anak sebaiknya mengikuti nasehat/perintah orang tuanya untuk mendapatkan yang diinginkannya. Sedang syarat ketiga adalah kita harus beriman kepada-Nya agar doa kita diterima.

Walaupun ayat 186 ini tidak mengandung kata shoum, tapi penempatan ayat ini menunjukkan pentingnya kita berdoa pada bulan Ramadhan. Hal ini sesuai dengan hadits nabi SAW:

“Orang yang berpuasa memiliki doa yang mustajab pada waktu berbuka.” (Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud)

Atau dalam hadits lain, nabi SAW bersabda:

“Ada tiga orang yang tidak akan ditolak doanya yaitu pemimpin yang adil, orang yang berpuasa sehingga dia berbuka dan orang yang dianiaya. Doa mereka diangkat oleh Allah di bawah awan pada hari kiamat dan dibukakan untuknya pintu-pintu langit dan Allah berfirman, ‘Demi keagungan-Ku, Aku akan menolongmu walaupun sesudah suatu waktu’” (Riwayat Imam Ahmad, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah)

Demikianlah, urgensi dari berdoa dalam bulan Ramadhan karena hal itu meningkatkan kemungkinan doa kita diterima. Maka perbanyaklah kita berdoa dalam bulan Ramadhan. Semoga Allah SWT menerima doa kita.

HAL YANG MENYEBABKAN MANUSIA MASUK NERAKA

September 4th, 2009

OLEH Fadhil ZA

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

(Al-A’raaf 179)

Dalam surat Al-A’raaf ayat 179 ini Allah menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang menyebabkan manusia dan jin terjerumus masuk kedalam neraka jahanam, antara lain :

  1. Mereka mempunyai hati namun tidak digunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah
  2. Mereka mempunyai mata namun tidak dipergunakannya untuk melihat tanda kekuasaan Allah
  3. Mereka mempunyai telinga namun tidak digunakannya untuk mendengarkan nasehat dan ayat-ayat Allah.

Keadaan mereka tersebut diatas bagaikan binatang ternak bahkan lebih sesat lagi dari itu,dan mereka termasuk kedalam kelompok orang yang lalai.

Hati yang sakit

Hati manusia ada yang sehat bercahaya menerangi kehidupan diri dan lingkungannya dan ada pula yang sakit dan gelap serta merongrong kehidupan diri dan lingkungannya. Hati yang sehat dipenuhi dengan rasa Iman, takwa, tawakkal, sabar, dan sangat cinta mendengarkan nasehat dan ayat Qur’an, membawa rahmat dan manfaat bagi diri dan lingkungannya.

Hati yang sakit dan gelap dipenuhi rasa takut, cemas,kecewa, dendam, benci, sombong, ria, suka dipuji, tamak, cinta dunia dan lain sebagainya. Orang yang ada penyakit dalam hatinya merasa benar sendiri, dan sulit menerima nasehat saran atau kritik dari orang lain. Mereka enggan untuk sujud dan tunduk pada Allah. Seluruh usaha dan kegiatannya hanya ditujukan untuk meraih kehidupan dunia, mereka mengabdi pada kepentingan syahwatnya. Mereka berusaha memuaskan kebutuhan syahwat dan nafsunya dengan berbagai cara, tidak peduli halal dan haram. Inilah orang yang telah ditutup hatinya oleh Allah dengan pernyataannya dalam surat Al Baqarah ayat 7 dan Jatsiyah ayat 23 :

Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. (Al Baqarah 7)

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?

(Al Jatsiyah 23)

Peliharalah hati dari berbagai penyakit yang dapat membutakan hati dari menerima kebenaran. Hati yang dipenuhi penyakit hanya akan mendorong seseorang untuk mengerjakan perbuatan keji dan mungkar yang akan nmenjerumuskannya kedalam api neraka jahannam yang panas membakar.

Mata yang buta

Orang yang buta mata hatinya tidak mampu melihat tanda tanda kekuasaan dan kebesaran Allah yang banyak bertebaran dilangit dan bumi ini. Kalau diperhatikan sebenarnya pada penciptaan langit dan bumi serta tumbuh2an dan hewan yang terdapat didarat, laut maupun angkasa serta pada diri manusia sediri, terdapat tanda tanda kekuasaan dan kebesaran Allah bagi orang yang mau mengambil pelajaran. Namun sedikit sekali orang yang mampu melihat tanda kebesaran Allah tersebut, walaupun matanya sehat, tidak buta dan dapat melihat dengan jelas. Mereka hanya mampu melihat benda disekitarnya dengan jelas, namun tidak mampu melihat tanda kebesaran Allah yang ada pada benda tersebut. Kalau mereka mampu memanfaatkan matanya dengan benar mereka akan dapat melihat tanda kebesaran Allah pada sesuatu yang mereka lihat itu.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (Ali Imran 190)

Namun sayang sebagian besar manusia tidak mampu mengambil pelajaran dari berbagai kejadian yang mereka lihat dan alami. Berbagai kejadian yang mereka alami dan lihat berlalu begitu saja. Mereka menganggap itu sebagai hukum alam, suatu kejadian atau materi hadir dalam kehidupan mereka dari tiada menjadi ada, dan kembali menjadi tiada hanya karena suatu proses alami saja. Kita hidup, mati kemudian berlalu begitu saja , tidak ada lagi kehidupan sesudah mati, semua itu terjadi karena proses alam.

Fikiran, cita cita dan usaha mereka seluruhnya ditujukan hanya untuk kehidupan dunia. Mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan, tidak peduli halal dan haram. Mereka tidak paham kalau kehidupan ini ada yang memiliki dan mengaturnya,sikap ini menggiring mereka untuk maasuk kedalam api neraka jahannam yang panas membakar.

Telinga yang tuli

Sebagian manusia ada yang telinga batinnya tuli, mereka lebih tertarik mendengar musik, cerita gosip, berbagai berita dan kejadian didunia yang menarik hati. Mereka tidak tertarik untuk mendengar nasehat, kajian agama, ataupun ayat-ayat Qur’an. Mereka terlalu asyik dengan kehidupan dunia, enggan mendengar lantunan ayat Qur’an yang menasehati atau kajian tentang Iman, Tauhid, kebesaran Allah, kehidupan akhirat yang banyak diperdengarkan melalui media radio, televisi maupun ceramah umum. Mereka lebih suka mendengar suara musik, nyanyian, berita politik dan kejadian dari segala penjuru dunia.

Hati yang penuh penyakit, mata hati yang buta, telinga batin yang tuli menyebabkan mereka hidup bagai binatang ternak, yang tujuan hidupnya hanya untuk makan minum, tidur dan mendapatkan kesenangan dunia. Seluruh usahanya hanya ditujukan untuk kehidupan dunia, mereka lalai dari mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat, itulah yang menyebabkan mereka terjerumus kedalam jurang neraka yang dalam. Bersihkan hati dari berbagai penyakit, latih mata dan telinga untuk memahami tanda kebesaran Allah dialam ini. Insya Allah selamat hidup didunia dan akhirat.

BERTEPATANNYA HARI ID DENGAN HARI JUM'AT



Telah meriwayatkan Abu Daud (1070), An-Nasa'i (3/194), Ibnu Majah (1310),
Ibnu Khuzaimah (1461), Ad-Darimi (1620) da Ahmad (4/372) dari Iyas bin Abi
Ramlah Asy-Syami ia berkata.



"Aku menyaksikan Mua'wiyah bin Abi Sufyan bertanya kepada Zaid bin Arqam, ia
berkata : "Apakah engkau pernah menyaksikan bersama Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bertemunya dua hari raya pada satu hari ?"



Zaid berkata : "Ya"


Mu'awiyah berkata : "Lalu apa yang beliau lakukan ?"



Zaid menjawab : "beliau shalat Ied kemudian memberi keringanan (rukhshah)
untuk shalat Jum'at, beliau bersabda :



"Siapa yang ingin shalat maka Shalatlah" [1]



Abu Hurairah dan selainnya membawakan riwayat tentang hal ini dari Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam.



Dan ini yang diamalkan para sahabat radhiyallahu 'anhum.



Abdurrazzaq meriwayatkan dalam "Al-Mushannaf" (3/305) dan juga Ibnu Abi
Syaibah dalam "Al-Mushannaf" (2/187) dengan sanad yang shahih dari Ali
Radhiyallahu 'anhu, bahwasanya berkumpul dua hari raya pada satu hari, maka
ia berkata :



"Artinya : Siapa yang ingin menghadiri shalat Jum'at maka hadirilah dan
siapa yang ingin duduk maka duduklah"



Dalam "Shahih Bukhari" (5251) disebutkan riwayat semisal ini dari Utsman
Radhiyallahu 'anhu.



Dalam "Sunan Abi Daud" (1072) dan "Mushannaf Abdurrazaq" (nomor 5725) dengan
sanad yang Shahih dari Ibnuz Zubair.



"Artinya : Dua hari raya bertemu dalam satu hari, maka ia mengumpulkan
keduanya bersama-sama dan menjadikannya satu. Ia shalat Idul Fitri pada hari
Jum'at sebanyak dua raka'at pada pagi hari, kemudian ia tidak menambah
hingga shalat Ashar..."



Asy-Syaukani berkata dalam "Nailul Authar" (3/348) mengikuti riwayat ini:

"Dhahir riwayat ini menunjukkan bahwa ia tidak mengerjakan shalat Dhuhur.



Dalam riwayat ini menunjukkan bahwa shalat Jum'at jika gugur dengan salah
satu sisi yang diperkenankan, maka tidak wajib bagi orang yang gugur darinya
untuk mengerjakan shalat dhuhur. Dengan ini Atha' berpendapat.



Tampak bahwa orang-orang yang berkata demikian karena Jum'at adalah pokok.
Dan engkau tahu bahwa yang diwajibkan oleh Allah Ta'ala bagi hamba-hamba-Nya
pada hari Jum'at adalah shalat Jum'at, maka mewajibkan shalat Dhuhur bagi
siapa yang meninggalkan shalat Jum'at karena udzur atau tanpa udzur butuh
dalil, dan tidak ada dalil yang pantas untuk dipegang sepanjang yang aku
ketahui"

{Hari Raya Bersama Rasulullah, hal 43-44, Pustaka Al-Haura]

KEBERKAHAN HIDUP

Setiap orang tentu saja ingin memperoleh keberkahan dalam hidupnya di dunia ini. Karena itu kita selalu berdo’a dan meminta orang lain mendo’akan kita agar segala sesuatu yang kita miliki dan kita upayakan memperoleh keberkahan dari Allah Swt. Secara harfiyah, berkah berarti an nama’ waz ziyadah yakni tumbuh dan bertambah, ini berarti Berkah adalah kebaikan yang bersumber dari Allah yang ditetapkan terhadap sesuatu sebagaimana mestinya sehingga apa yang diperoleh dan dimiliki akan selalu berkembang dan bertambah besar manfaat kebaikannya. Kalau sesuatu yang kita miliki membawa pengaruh negatif, maka kita berarti tidak memperoleh keberkahan yang diidamkan itu.


Namun, Allah Swt tidak sembarangan memberikan keberkahan kepada manusia. Ternyata, Allah hanya akan memberi keberkahan itu kepada orang yang beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Janji Allah untuk memberikan keberkahan kepada orang yang beriman dan bertaqwa dikemukakan dalam firman-Nya yang artinya: Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya (QS 7:96).


Apabila manusia, baik secara pribadi maupun kelompok atau masyarakat memperoleh keberkahan dari Allah Swt, maka kehidupannya akan selalu berjalan dengan baik, rizki yang diperolehnya cukup bahkan melimpah, sedang ilmu dan amalnya selalu memberi manfaat yang besar dalam kehidupan. Disilah letak pentingnya bagi kita memahami apa sebenarnya keberkahan itu agar kita bisa berusaha semaksimal mungkin untuk meraihnya.

BENTUK KEBERKAHAN

Secara umum, keberkahan yang diberikan Allah kepada orang-orang yang beriman bisa kita bagi kedalam tiga bentuk. Pertama, berkah dalam keturunan, yakni dengan lahirnya generasi yang shaleh. Generasi yang shaleh adalah yang kuat imannya, luas ilmunya dan banyak amal shalehnya, ini merupakan sesuatu yang amat penting, apalagi terwujudnya generasi yang berkualitas memang dambaan setiap manusia. Kelangsungan Islam dan umat Islam salah satu faktornya adalah adanya topangan dari generasi yang shaleh. Generasi semacam itu juga memiliki jasmani yang kuat, memiliki kemandirian termasuk dalam soal harta dan bisa menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya. Keberkahan semacam ini telah diperoleh Nabi Ibrahim as dan keluarganya yang ketika usia mereka sudah begitu tua ternyata masih dikaruniai anak, bahkan tidak hanya Ismail yang shaleh, sehat dan cerdas, tapi juga Ishak dan Ya’kub. Di dalam Al-Qur’an keberkahan semacam ini diceritakan oleh Allah yang artinya: Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang kelahiran Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya’kub. Isterinya berkata: "Sungguh mengherankan, apakah aku aka melairkan anak, padahal aku adalah perempuan seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula?.

Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh". Para malaikat itu berkata: "Apakahkamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlul bait. Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah" (QS 11:71-73).


Kedua, keberkahan dalam soal makanan yakni makanan yang halal dan thayyib, hal ini karena ulama ahli tafsir, misalnya Ibnu Katsir menjelaskan bahwa keberkahan dari langit dan bumi sebagaimana yang disebutkan dalam firman surat Al A’raf: 96 di atas adalah rizki yang diantara rizki itu adalah makanan. Yang dimaksud makanan yang halal adalah disamping halal jenisnya juga halal dalam mendapatkannya, sehingga bagi orang yang diberkahi Allah, dia tidak akan menghalalkan segala cara dalam memperoleh nafkah. Disamping itu, makanan yang diberkahi juga adalah yang thayyib, yakni yang sehat dan bergizi sehingga makanan yang halal dan tayyib itu tidak hanya mengenyangkan tapi juga dapat menghasilkan tenaga yang kuat untuk selanjutnya dengan tenaga yang kuat itu digunakan untuk melaksanakan dan menegakkan nilai-nilai kebaikan sebagai bukti dari ketaqwaannya kepada Allah Swt, Allah berfirman yang artinya: Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang telah Allah rizkikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya (QS 5:88).


Karena itu, agar apa yang dimakan juga membawa keberkahan yang lebih banyak lagi, meskipun sudah halal dan thayyib, makanan itu harus dimakan sewajarnya atau secukupnya, hal ini karena Allah sangat melarang manusia berlebih-lebihan dalam makan maupun minum, Allah Swt berfirman yang artinya: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indak di setiap memasuki masjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan (7:31).

Ketiga, berkah dalam soal waktu yang cukup tersedia dan dimanfaatkannya untuk kebaikan, baik dalam bentuk mencari harta, memperluas ilmu maupun memperbanyak amal yang shaleh, karena itu Allah menganugerahi kepada kita waktu, baik siang maupun malam dalam jumlah yang sama, yakni 24 jam setiap harinya, tapi bagi orang yang diberkahi Allah maka dia bisa memanfaatkan waktu yang 24 jam itu semaksimal mungkin sehingga pencapaian sesuatu yang baik ditempuh dengan penggunaan waktu yang efisien. Sudah begitu banyak manusia yang mengalami kerugian dalam hidup ini karena tidak bisa memanfaatkan waktu dengan baik, sementara salah satu karakteristik waktu adalah tidak akan bisa kembali lagi bila sudah berlalu, Allah berfirman yang artinya: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran (QS 103:1-3).


Karena itu, bagi seorang muslim yang diberkahi Allah, waktu digunakan untuk bisa membuktikan pengabdiannya kepada Allah Swt, meskipun dalam berbagai bentuk usaha yang berbeda, Allah berfirman yang artinya: Demi malam apabila menutupi, dan siang apabila terang benderang, dan penciptaan laki-laki dan perempuan. Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. Adapun orang yang memberikan (harta di jalan Allah) dan bertaqwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah (92:1-7).


KUNCI KEBERKAHAN.

Dengan demikian menjadi jelas bagi kita bahwa sebagai seorang muslim, keberkahan dari Allah untuk kita merupakan sesuatu yang amat penting. Karena itu, ada kunci yang harus kita miliki dan usahakan dalam hidup ini. Sekurang-kurangnya, ada dua faktor yang menjadi kunci keberkahan itu.


Iman dan Taqwa Yang Benar.


Di dalam ayat di atas, sudah dikemukakan bahwa Allah akan menganugerahkan keberkahan kepada hamba-hambanya yang beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Semakin mantap iman dan taqwa yang kita miliki, maka semakin besar keberkahan yang Allah berikan kepada kita. Karena itu menjadi keharusan kita bersama untuk terus memperkokoh iman dan taqwa kepada Allah Swt. Salah satu ayat yang amat menekankan peningkatan taqwa kepada orang yang beriman adalah firman Allah yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwadan jangan sampai kamu mati kecuali dalam keadaan berserah diri/muslim (QS 3:102).

Keimanan dan ketaqwaan yang benar selalu ditunjukkan oleh seorang mu’min dalam bentuk melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya, baik dalam keadaan senang maupun susah, dalam keadaan sendiri maupun bersama orang lain. Tegasnya keimanan dan ketaqwaan itu dibuktikan dalam situasi dan kondisi yang bagaimananpun juga dan dimanapun dia berada.


Berpedoman kepada Al-Qur’an


Al-Qur’an merupakan sumber keberkahan sehingga apabila kita menjalankan pesan-pesan yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan berpedoman kepadanya dalam berbagai aspek kehidupan, nicaya kita akan memperoleh keberkahan dari Allah Swt, Allah berfirman yang artinya: Dan Al-Qur’an ini adalah suatu kitab (peringatan) yang mempunyai berkah yang telah kami turunkan. Maka mengapakah kamu mengingkarinya? (QS 21:50, lihat juga QS 38:29.6:155).



Karena harus kita jalankan dan pedomani dalam kehidupan ini, maka setiap kita harus mengimani kebenaran Al-Qur’an bahwa dia merupakan wahyu dari Allah Swt sehingga tidak akan kita temukan kelemahan dari Al-Qur’an, selanjutnya bisa dan suka membaca serta menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari, baik menyangkut aspek pribadi, keluarga, masyarakat maupun bangsa.



Akhirnya menjadi jelas bagi kita bahwa, keberkahan dari Allah yang kita dambakan itu, memperolehnya harus dengan berdo’a dan berusaha yang sungguh-sungguh, yakni dalam bentuk memantapkan iman dan taqwa serta selalu menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam hidup ini.

Membangun Peradaban

qs5-54.gif

“… kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang mu’min dan bersikap tegas kepada orang kafir, yang berjihad di jalan Allah dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela ….” (QS Al-Maidah: 54)

Rasulullah saw yang telah membawa perubahan superbesar dalam sejarah kehidupan manusia memulai masa kenabiannya di usia 40 tahun. Dan hanya dalam 23 tahun masa kenabiannya, beliau mampu membangun dasar peradaban rabbani, yang menjunjung tinggi aspek superioritas hukum Islam, keseimbangan peran dan kewajiban antarkomponen masyarakat.

Ketika ada pertanyaan bagaimana bisa dalam waktu sesingkat itu dapat terbangun sebuah sistem yang mengalami masa kejayaan selama berabad-abad, maka jawaban yang paling tepat adalah karena Rasulullah menggunakan sistem ilahiyah dalam membangun peradabannya. Sistem yang mengacu kepada kitabullah. Sistem ini integral dan komprehensif serta mampu memecahkan seluruh persoalan hidup manusia.

Menurut Dr Ali Abdul Halim Mahmud setidaknya ada 2 pilar pokok yang harus dibangun ketika kita ingin membangun (kembali) sebuah peradaban rabbani. Pertama adalah pilar tarbawi (pembinaan dan pendidikan), berupa pola belajar-mengajar, dengan ragam perangkatnya dengan tujuan untuk menyempurnakan potensi pribadi. Kemudian yang kedua, yaitu pilar tanzhimi (institusional) berupa pembangunan institusi internal masyarakat yang mengatur kode etik dalam kehidupan bermasyarakat, dan institusi eksternal yang mengatur kekuasaan dan hubungan antarbangsa.

Perubahan peradaban ini bisa dimulai. Caranya dengan membangun kepribadian individu Muslim dengan Islam pada seluruh aspek kehidupan. Kemudian pembentukan keluarga-keluarga shalihah dengan seluruh nilai dan moralitasnya. Akhirnya akan terbentuk sistem masyarakat dengan seluruh interaksi sosial dan pengaturannya yang dinaungi dalam wadah institusi yang menjunjung tinggi nilai-nilai ilahiyah.

Muaranya adalah perubahan peradaban. Perubahan yang berakar pada tegaknya sistem nilai yang mengacu pada nilai-nilai transendental dan ilahiyah. Peradaban yang di dalamnya terbentuk struktur kemasyarakatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran ilahi.

Membiasakan Berbuat Baik

Dalam suatu hadits qudsi, Allah SWT berfirman “Jikalau seseorang hamba itu mendekat padaKu sejengkal, maka Aku mendekat padanya sehasta dan jikalau ia mendekal padaKu sehasta, maka Aku mendekat padanya sedepa. Jikalau hamba itu mendatangi Aku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan bergegas.” (HR. Bukhari)

Didalam melihat jalan hidup masyarakat di sekitar kita, bisa kita lihat bahwa beberapa orang mempunyai kecenderungan tertentu. Orang yang terbiasa berbuat maksiyat, maka dari hari kehari dia akan semakin terjerumus kedalam lembah yang hitam. Sebaliknya orang yang suka sholat berjamaah ke masjid, maka dia akan ramah ke tetangganya, rutin berinfaq dan bahagia kehidupan keluarganya.

Semakin seseorang memperbanyak dan membiasakan berbuat baik, maka semakin banyak terbuka pintu-pintu kebaikan yang lain. Hal ini sesuai dengan hadits qudsi diatas bahwa semakin tinggi intensitas dan kualitas ibadah kita kepada Allah SWT maka semakin dekatlah kita dengan-Nya.

Salah satu kunci kesuksesan hidup kita adalah bagaimana kita membiasakan berbuat baik. Semakin kita terbiasa berbuat baik, maka semakin mudah jalan kita untuk mencapai kebahagiaan hidup. Agar manusia terbiasa beribadah, maka beberapa ibadah dilakukan berulang dalam kurun waktu tertentu seperti sholat lima kali dalam sehari, puasa sunnah dua kali seminggu dan sholat jum’at sekali sepekan.

Permasalahan awal yang biasanya ditemukan dalam melakukan sesuatu yaitu dalam memulainya. Memulai suatu aktifitas terkadang lebih berat dibandingkan ketika melaksanakannya. Maka ketika kita mendorong mobil yang mogok, akan diperlukan tenaga yang besar saat sebelum mobil bergerak. Setelah mobil tersesebut bergerak, diperlukan daya dorong yang kecil. Ada juga sifat kita yang menunda perbuatan baik, padahal perbuakan baik janganlah ditunda. Kalau kita ada keinginan untuk menunda, maka tundalah untuk menunda. Hal ini seperti yang disampaikan Rasulullah saw:

“Bersegeralah untuk beramal, jangan menundanya hingga datang tujuh perkara. Apakah akan terus kamu tunda untuk beramal kecuali jika sudah datang: kemiskinan yang membuatmu lupa, kekayaan yang membuatmu berbuat melebihi batas, sakit yang merusakmu, usia lanjut yang membuatmu pikun, kematian yang tiba-tiba menjemputmu, dajjal, suatu perkara gaib terburuk yang ditunggu, saat kiamat, saat bencana yang lebih dahsyat dan siksanya yang amat pedih.” (HR. Tirmidzi)

Salah satu cara untuk mempermudah kita dalam memulai suatu amal ibadah adalah dengan mengetahui akan besarnya manfaat yang akan dirasakan. Segala hambatan atau godaan untuk tidak melaksanakan kebaikan tersebut akan bisa dilewatkan dengan keyakinan yang kuat. Oleh sebab itu, kita wajib untuk mencari ilmu tentang fadhilah (kelebihan) dari suatu amalan atau ibadah. Bahkan untuk menguatkan hati, kita juga perlu mencari ilmu secara berulang kali. Bahkan beberapa pengulangan dalam Al Quran digunakan agar manusia semakin ingat.

“Dan sesungguhnya dalam Al Quran ini Kami telah ulang-ulangi (peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan peringatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari.” (QS. Al Israa’ 41)

Jadi, mulailah perbuatan baik yang ingin anda lakukan sekarang dan jangan ditunda. Kalau belum yakin, perluas dan perdalam ilmu agar kita semakin yakin.

Meraih Derajat Tertinggi

Memang kita bukan nabi, tetapi inginkah kita disejajarkan dengan Nabi Muhammad saw?

Memang kita bukan orang yang jujur, tetapi inginkah kedudukan kita sama dengan Abu Bakar ra?

Memang kita belum tentu mati syahid, tetapi inginkah kita berkedudukan sama seperti Hamzah ra?

Jawabannya: bisa, untuk mendapatkan derajat yang sama seperti mereka telah disebutkan dalam QS. An-Nisaa’ 69:

qs04_69.png

Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”

Jadi singkatnya: ikutilah perintah Allah dan Rasul-Nya maka kita akan meraih kedudukan seperti orang yang telah Allah beri nikmat yang besar atas mereka.

Tapi apakah hanya itu saja caranya? Ternyata peluang yang sama juga diberikan kepada pedagang yang jujur dan dapat dipercaya seperti pada hadits berikut:

hd_pedagang.png

Sahabat Abi Sa’id Al-khudri ra berkata, bahwa Nabi saw telah bersabda: “Pedagang yang jujur dan dapat dipercaya, kelak pada hari kiamat akan mendapat kedudukan bersama para nabi, para shiddiqin, dan para syuhada’.” (HR. Timidzi dan termasuk hadis hasan).

Pedagang dalam hadits ini bisa juga dimaksudkan karyawan. Begitu besar hikmahnya bila kita bisa menjadi orang yang jujur dan amanat. Dan dengan semangat yang tersirat dalam hadits ini, marilah kita bekerja dengan kejujuran dan kepercayaan. Semoga kita dapat mencapai derajat yang tinggi baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Tiga Nasehat

Rasulullah SAW pernah memberikan tiga buah nasehat kepada kedua sehabatnya Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman bin Jabal:


“Bertakwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada, dan ikutilah kesalahanmu dengan kebaikan niscaya ia dapat menghapuskannya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak terpuji.” HR. Tirmidzi

Tiga pesan Rasulullah SAW tersebut layak untuk kita perhatikan karena sangat berkaitan erat dengan kehidupan kita sehari-hari.

1- BERTAQWA DIMANA SAJA

Definisi dari kata taqwa dapat dilihat dari percakapan antara sahabat Umar dan Ubay bin Ka’ab ra. Suatu ketika sahabat Umar ra bertanya kepada Ubay bin Ka’ab apakah taqwa itu? Dia menjawab; “Pernahkah kamu melalui jalan berduri?” Umar menjawab; “Pernah!” Ubay menyambung, “Lalu apa yang kamu lakukan?” Umar menjawab; “Aku berhati-hati, waspada dan penuh keseriusan.” Maka Ubay berkata; “Maka demikian pulalah taqwa!”

Sedang menurut Sayyid Qutub dalam tafsirnya—Fi Zhilal al-Qur`an—taqwa adalah kepekaan hati, kehalusan perasaan, rasa khawatir yang terus menerus dan hati-hati terhadap semua duri atau halangan dalam kehidupan.

Kalau ada suatu iklan minuman ringan: “Dimana saja dan kapan saja …”, maka nasehat Nabi SAW ini menunjukkan bahwa kita harus bertaqwa dimana saja. Sedang perintah taqwa kapan saja terdapat dalam surat Ali Imron 102:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”

Jadi dimanapun dan kapanpun kita harus menjaga ketaqwaan kita. Taqwa dimana saja memang sulit untuk dilakukan dan harus usaha yang dilakukan harus ekstra keras. Akan sangat mudah ketaqwaan itu diraih ketika kita bersama orang lain, tetapi bila tidak ada orang lain maka maksiyat dapat dilaksanakan. Sebagai contoh, ketika kita berkumpul di dalam suatu majelis zikir, pikiran dan pandangan kita akan terjaga dengan baik. Tetapi ketika kita berjalan sendirian di suatu tempat perbelanjaan, maka pikiran dan pandangan kita bisa tidak terjaga. Untuk menjaga ketaqwaan kita dimanapun saja, maka perlunya kita menyadari akan pengawasan Allah SWT baik secara langsung maupun melalui malaikat-Nya.

2 KEBAIKAN YANG MENGHAPUSKAN KESALAHAN

Setiap orang selalu melakukan kesalahan. Hari ini mungkin kita sudah melakukan kesalahan baik yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari. Oleh sebab itu, segera setelah kita melaksanakan kesalahan, lakukan kebaikan. Kebaikan tersebut dapat menghapuskan kesalahan yang telah dilakukan.

Untuk dosa yang merugikan diri sendiri, maka salah satu cara untuk menghapusnya adalah dengan bersedekah. Rasulullah SAW bersabda “sedekah itu menghapus kesalahan sebagaimana air memadamkan api”. Maka ada orang yang ketika dia sakit maka dia akan memberikan sedekah agar penyakitnya segera sembuh. Hal ini dikarenakan segala penyakit yang kita miliki itu adalah karena kesalahan yang kita pernah lakukan.

Sedang dosa yang dilakukan terhadap orang lain maka yang perlu dilakukan adalah memohon maaf yang bagi beberapa orang sangat sulit untuk dilakukan. Padahal Rasulullah SAW selalu minta maaf ketika bersalah bahkan terhadap Ibnu Ummi Maktum beliau memeluknya dengan hangat seraya berkata “Inilah orangnya, yang membuat aku ditegur oleh Allah… (QS. Abasa)”. Setelah minta maaf kemudian bawalah sesuatu hadiah atau makanan kepada orang tersebut, maka kesalahan tersebut insya Allah akan dihapuskan.

3- AKHLAQ YANG TERPUJI

Akhlaq terpuji adalah keharusan dari setiap muslim. Tidak memiliki akhlaq tersebut akan dapat mendekatkan seseorang dalam siksaan api neraka. Dari beberapa jenis akhlaq kita terhadap orang lain, yang perlu diperhatikan adalah akhlaq terhadap tetangga.

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka jangan menyakiti tetangganya.” (HR. Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah)

Dari Abu Syuraih ra, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: “Demi Allah seseorang tidak beriman, Demi Allah seseorang tidak beriman, Demi Allah seseorang tidak beriman.” Ada yang bertanya: “Siapa itu Ya Rasulullah?” Jawab Nabi: “Yaitu orang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya.” (HR. Bukhari)

Dari hadits tersebut, peringatan Allah sangat keras sampai diulangi tiga kali yaitu tidak termasuk golongan orang beriman bagi tetangganya yang tidak aman dari gangguannya. Maka terkadang kita perlu instropeksi dengan menanyakan kepada tetangga apakah kita mengganggu mereka.