Rabu, 12 September 2012

MUKJIZAT GERAKAN SHOLAT




MUKJIZAT GERAKAN SHOLAT
Hikmah Gerakan Sholat dalam Menjaga Kesehatan
Dr. Sagiran, Sp.B.M.Kes
  Jika do’a (ucapan, pikiran) saja sudah mempunyai efek penyembuhan yang begitu nyata, bagaimana dengan shalatnya orang muslim, yang memadukan antara kebersihan fisik/mental (wudlu), bacaan shalat (do’a-do’a dan konsentrasi pikiran) dan gerakan anggota badan yang unik dan khas? Ibarat perincian resep, gerakan sholat bisa menjadi suatu formula yang holistik, komprehensif, terpilih, bebas efek samping, terjangkau, praktis dan jelas manfaatnya
  1. Berdiri dalam shalat.
                Kita diperintahkan untuk berditi tegak, simetris antara belahan tubuh kanan dan kiri. Beberapa unsur medis yang perlu dibahas adalah:
  1. Titik tumpu berat badan. Berat badan menumpu di telapak kaki, dibagi di kedua kaki kanan-kiri sama berat. Tulang punggung berada pada posisi tegak alami dalam arti bagian leher (7 ruas) melengkung kedepan (lordosis); bagian dada (12 ruas) melengkung ke belakan (kifosis) dan bagian pinggang (5 ruas) melengkung ke depan lagi (lordosis).
  2. Kaki kangkang, tumit membuka ke luar. Jarak yang perlu diperhatikan pada saat mengkangkangkan kaki adalah selebar jarak bahu kanan – kiri. Ini adalah posisi ideal dan stabil. Jari-jari menghadap ke arah kiblat.
Cara memposisikan tubuh yang demikian sebenarnya merupakan cara penyelarasan posisi berdiri kita pada saat-saat biasa di luar shalat
2.       Gerakan Takbiratul-ihram
                Gerakan memulai shalat dengan mengangkat tangan sedemikian sehingga telapak menghadap kiblat di samping kanan kiri bahu atau wajah kita. Beberapa hal yang penting dibahas dari sisi medis adalah:
  1. Rongga dada melebar. Pada saat gerakan takbir, bahu terangkat sedikit, tulang-tulang rusuk ikut terangkat menimbulkan pelebaran rongga dada. Akibatnya tekanan udara di dalam rongga mengecil dan memudahkan udara nafas masuk dengan cepat.
  2. Sekat rongga badan (diafragma) terlatih. Pada saat yang sama, kita harus mengucapkan kalimat takbir ”ALLOHU AKBAR” padahal dinding dada sedang meregang. Untuk dapat mengucapkan suatu kata, udara harus mengalir keluar guna menggetarkan pita suara, maka tidak lain hal ini hanya bisa dikerjakan oleh sekat rongga badan (diafragma).
  3. Ketiak dibuka. Ketiak adalah stasiun regional utama bagi peredaran limfe (getah bening) yang merupakan kumpulan dari keseluruhan anggota gerak bagian atas (tangan, lengan bawah, lengan atas dan bahu). Gerakan takbir ini adalah gerakan ”active pumping” yang sangat bermanfaat.
Setelah takbiratul-ihram kemudian tangan diletakkan di depan dada. Peletakan di dada dengan cara tangan kiri di tempelkan di dada, tangan kanan menempel di luar/atas tangan kiri.
3.       Ruku’
                Ruku’ adalah membungkukkan badan sedemikian sehingga punggung, leher dan kepala menjadi posisi horizontal sama sekali. Posisi kaki masih tetap seperti saat berdiri pada awalnya. Pada saat ruku’ sempurna itu tulang belakang menjadi relatif lurus. Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan:
a.         Posisi horizontal. Posisi ini memungkinkan berat badan bergeser ke depan dan tubuh seakan-akan mau terperosok ke depan. Dengan posisi demikian, kompresi antar ruas-ruas tulang belakang dapat dikurangi.
b.         Kedua lengan menyangga, tangan memegang di lutut. Penyanggaan ini lebih mendorong lagi ke depan ruas-ruas tulang belakang sehingga kompresi bukan hanya dikurangi akan tetapi bahkan terjadi gerakan anti-kompresi alias peregangan.
Setelah ruku’ selesai dan tuma’ninah betul-betul telah dirasakan oleh seluruh ruas tulang, kita melakukan i’tidal. Gerakan bangkit dari ruku’, kembali ke posisi semula.
4.       Sujud
                Sujud adalah satu-satunya posisi dimana otak bisa lebih rendah dari jantung, yang mudah dikerjakan tanpa harus menjungkir-balikkan tubuh.
                Cobalah perhatikan dan praktekkan detail dari gerakan sujud dengan benar. Anda akan merasakan tarikan di tulang belakang daerah pertengahan punggung yang disebabkan oleh gravitasi karena pergeseran titik berat batang tubuh. Efek terhadap alignment (pengaturan pelurusan) ruas-ruas tulang belakang sehingga kompresi dikurangi bahkan terjadi gerakan anti-kompresi alias peregangan. Seperti halnya pada saat ruku’, sensasi  ini hanya terjadi bila dilakukan cukup waktu, sehingga sudah terjadi relaksasi otot-otot punggung. Jika shalatnya tergesa-gesa, tidak tuma’ninah, dengan perubahan posisi yang demikian tidak bisa merasakan efek apapun oleh karena otot-ototnya masih tegang.
                Pengaruh sujud terhadap peredaran darah di otak juga dapat dipahami. Elastisitas pembuluh darah merupakan faktor terpenting yang dapat mempertahankan tekanan darah. Debit darah yang naik karena posisi jantung lebih tinggi dari otak ini merupakan latihan otak menambah elastisitas pembuluh darah, pada gilirannya gerakan sujud bisa merupakan gerakan anti-stroke.