Minggu, 24 Juli 2016

PEMILIHAN KA. DKM AL-MUHAJIRIN PERIODE 2016-2019

 
Tangerang Selatan, Juli 2016. Bertempat di ruang Masjid Al-Muhajirin, pengurus DKM Al-Muhajirin periode 2013-2016 telah mempertanggungjawabkan kepengurusannya kepada warga muslim komplek dan sekitarnya pada tanggal 16 Juli 2016, yang seharusnya kepengurusan tersebut telah berakhir pada bulan Pebruari 2016. Setelah pertanggungjawaban pengurus diterima oleh para jama'ah, dilanjutkan dengan pemilihan pimpinan sidang membentuk tim formatur. Tim Formatur dan pimpinan sidang selanjutnya melakukan rapat kecil untuk menyepakati dan memilih Ketua DKM Al-Muhajirin untuk periode 2016-2019.

Alhamdulillah dalam waktu yang cukup singkat telah dipilih dan ditetapkan oleh Tim Formatur ketua DKM Al-Muhajirin untuk periode 2016-2019 yaitu Bapak. Kol. H, R. Ade Ahmad Rivai. Sebagai pimpinan sidang dan tim formatur yaitu:

Pimpinan Sidang:
  1. Bpk. H. Agoes Subagio
  2. Bpk. Ir. H. Tugiyono
  3. Bpk. H. Sri Harjono, S.Sos







Tim Formatur:
  1. Bpk. H. Yusrizal, SH
  2. Bpk. H. Iskandar Malkiwi, SKM. MM
  3. Bpk. H. R. Ade Ahmad Rivai, SKM
  4. Bpk. H. Pudjo Hartono, MPS
  5. Bpk. Amanudin

Minggu, 10 Juli 2016

RENCANA PEMBANGUNAN MENARA

DKM Al-Muhajirin pada tahun 2016 merencanakan membangun Menara untuk penempatan Speaker, demi syiarnya kegiatan Masjid. Untuk itu mohon Do'a dan dukungannya demi terlaksananya kegiatan tersebut. Terima kasih.


IDUL FITRI 1437 H

Ciputat, 5 Juli 2016. DKM Al-Muhajirin telah melaksanakan kegiatan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) yaitu Idul Fitri 1437-H, dengan rangkaian kegiatan dimulai pembentukan panitia, melaksanakan kegiatan Ibadah Sholat Tarawih, Tadarusan, Kultum Subuh, dilanjutkan dengan penerimaan dan penyaluran zakat fitrah, akhir rangkaian tersebut adalah Sholat Ied yang dilaksanakan di halaman Masjid Al-Muhajirin dilanjutkan dengan Halal bi Halal oleh warga komplek dan sekitarnya.


Tema khutbah sholat Ied tahun ini adalah hakekat dan makna i
dul fitri bagi umat Islam yang telah menjalankan puasa sebulan penuh. Setelah kaum muslimin menjalani „tranning" 1 bulan lamanya selama puasa, tentu tiada tanggal yang paling dinantikan selain tanggal 1 Syawal. Pada saat itulah kaum muslimin merayakan hari kemena-ngannya. Kemenangan atas nafsunya. Semua bergembira pada hari itu.
Sebelum kita merayakan Idul Fitri sebagai hari kemenangan, penting bagi kita untuk terlebih dahulu memahami hakikat atau arti dari Idul Fitri itu sendiri dan mendudukkannya secara proporsional, sehingga kita bisa mengambil sikap yang tepat, bagaimana seharusnya kita merayakan hari kemenangan ini, apakah kita akan merayakannya dengan membeli baju termahal dan berpesta pora serta menyulut kembang api seperti banyak dilakukan sebagian orang  pada malam tahun baru Masehi, ataukah kita akan merayakannya dengan penuh rasa syukur dan  sujud kepada Allah.
Fitri berarti fitrah atau suci. Sesuai dengan arti kata itu, kaum muslimin pada hari Idul Fitri merayakan kemenangannya karena mereka telah berhasil membersihkan / mensucikan jiwanya dari kotoran dan karat-karat nafsu dunia dan kembali kepada fitrahnya yang suci, yaitu Islam. Bagaimanakah orang yang telah mengembalikan fitrah Islamnya ? Salah satu cirinya yaitu, mereka telah mampu meng-aplikasikan Islam dalam setiap gerak dan langkah kehidupannya di dunia (segala perkataan dan perbuatannya selalu merujuk pada Al-Quran dan Sunnah Rasul), sehingga baginya dunia hanyalah sarana untuk mencapai tujuan akhirat. Mereka yang telah bersungguh-sungguh dalam menjalankan puasanya demi untuk mendekatkan dirinya kepada Allah dan mencapai keridhaan-Nya semata. Bukan hanya sekedar memenuhi kewajiban dalam rukun Islamnya saja, apalagi dengan tujuan riya’ (pemer) kepada manusia.  Mudah-mudahan Allah menjauh-kan kita dari sifat riya’ ini dan memasukkan kita kedalam golongan orang-orang yang bergembira karena puasanya.
 amien .. amien .. amien

“Barang siapa yang melaksanakan ibadah shaum selama satu bulan dengan penuh keimanan kepada Allah SWT maka apabila ia memasuki Idul Fithri ia akan kembali menjadi Fithrah seperti bayi (Tiflul) dalam rahim ibunya " (HR Bukhari )