Selasa, 23 Desember 2008

SEJARAH KA'BAH

Ka'bah adalah sebuah bangunan mendekati bentuk kubus yang terletak di tengah Masjidil Haram di Mekah. Bangunan ini adalah monumen suci bagi kaum muslim (umat Islam). Merupakan bangunan yang dijadikan patokan arah kiblat atau arah patokan untuk hal hal yang bersifat ibadah bagi umat Islam di seluruh dunia seperti sholat. Selain itu, merupakan bangunan yang wajib dikunjungi atau diziarahi pada saat musim haji dan umrah.
Dimensi struktur bangunan ka'bah lebih kurang berukuran 13,10m tinggi dengan sisi 11,03m kali 12,62m. Juga disebut dengan nama Baitallah.


Sejarah perkembangan
Ka'bah yang juga dinamakan Baitul Atiq atau rumah tua adalah bangunan yang dipugar pada masa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail setelah Nabi Ismail berada di Mekkah atas perintah Allah SWT. Dalam Al-Qur'an, surah 14:37 tersirat bahwa situs suci Ka'bah telah ada sewaktu Nabi Ibrahim menempatkan Hajar dan bayi Ismail di lokasi tersebut.
Pada masa Nabi Muhammad SAW berusia 30 tahun (Kira kira 600 M dan belum diangkat menjadi Rasul pada saat itu), bangunan ini direnovasi kembali akibat bajir bandang yang melanda kota Mekkah pada saat itu. Sempat terjadi perselisihan antar kepala suku atau kabilah ketika hendak meletakkan kembali batu Hajar Aswad namun berkat penyelesaian Muhammad SAW perselisihan itu berhasil diselesaikan tanpa pertumpahan darah dan tanpa ada pihak yang dirugikan.
Pada saat menjelang Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi sampai kepindahannya ke kota Madinah. Lingkungan Ka'bah penuh dengan patung yang merupakan perwujudan Tuhan bangsa Arab ketika masa kegelapan pemikiran (jahilliyah) padahal sebagaimana ajaran Nabi Ibrahim yang merupakan nenek moyang bangsa Arab dan bangsa Yahudi serta ajaran Nabi Musa terhadap kaum Yahudi, Tuhan tidak boleh disembah dengan diserupakan dengan benda atau makhluk apapun dan tidak memiliki perantara untuk menyembahnya serta tunggal tidak ada yang menyerupainya dan tidak beranak dan tidak diperanakkan (Surat Al Ikhlas dalam Al-Qur'an) . Ka'bah akhirnya dibersihkan dari patung patung ketika Nabi Muhammad mebebaskan kota Mekkah tanpa pertumpahan darah.
Selanjutnya bangunan ini diurus dan dipelihara oleh Bani Sya'ibah sebagai pemegang kunci ka'bah dan administrasi serta pelayanan haji diatur oleh pemerintahan baik pemerintahan khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Muawwiyah bin Abu Sufyan, Dinasti Ummayyah, Dinasti Abbasiyyah, Dinasti Usmaniyah Turki, sampai saat ini yakni pemerintah kerajaan Arab Saudi yang bertindak sebagai pelayan dua kota suci, Mekkah dan Madinah.

Bangunan Ka'bah
Pada awalnya bangunan Ka'bah terdiri atas dua pintu serta letak pintu ka'bah terletak diatas tanah , tidak seperti sekarang yang pintunya terletak agak tinggi sebagaimana pondasi yang dibuat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Namun ketika Renovasi Ka'bah akibat bencana banjir pada saat Muhammad SAW berusia 30 tahun dan sebelum diangkat menjadi rasul, karena merenovasi ka'bah sebagai bangunan suci harus menggunakan harta yang halal dan bersih, sehingga pada saat itu terjadi kekurangan biaya. Maka bangunan ka'bah dibuat hanya satu pintu serta ada bagian ka'bah yang tidak dimasukkan ke dalam bangunan ka'bah yang dinamakan Hijir Ismail yang diberi tanda setengah lingkaran pada salah satu sisi ka'bah. Saat itu pintunya dibuat tinggi letaknya agar hanya pemuka suku Quraisy yang bisa memasukinya. Karena suku Quraisy merupakan suku atau kabilah yang sangat dimuliakan oleh bangsa Arab.
Karena kaumnya baru saja masuk Islam, maka Nabi Muhammad SAW mengurungkan niatnya untuk merenovasi kembali ka'bah sehinggas ditulis dalam sebuah hadits perkataan beliau: "Andaikata kaumku bukan baru saja meninggalkan kekafiran, akan Aku turunkan pintu ka'bah dan dibuat dua pintunya serta dimasukkan Hijir Ismail kedalam Ka'bah", sebagaimana pondasi yang dibangun oleh Nabi Ibrahim.
Ketika masa Abdurrahman bin Zubair memerintah daerah Hijaz, bangunan itu dibuat sebagaimana perkataan Nabi Muhammad SAW atas pondasi Nabi Ibrahim. Namun karena terjadi peperangan dengan Abdul Malik bin Marwan, penguasa daerah Syam (Suriah,Yordania dan Lebanon sekarang) dan Palestina, terjadi kebakaran pada Ka'bah akibat tembakan peluru pelontar (onager) yang dimiliki pasukan Syam. Sehingga Abdul Malik bin Marwan yang kemudian menjadi khalifah, melakukan renovasi kembali Ka'bah berdasarkan bangunan hasil renovasi Nabi Muhammad SAW pada usia 30 tahun bukan berdasarkan pondasi yang dibangun Nabi Ibrahim. Dalam sejarahnya Ka'bah beberapa kali mengalami kerusakan sebagai akibat dari peperangan dan umur bangunan.
Ketika masa pemerintahan khalifah Harun Al Rasyid pada masa kekhalifahan Abbasiyyah, khalifah berencana untuk merenovasi kembali ka'bah sesuai pondasi Nabi Ibrahim dan yang diinginkan Nabi Muhammad SAW. namun segera dicegah oleh salah seorang ulama terkemuka yakni Imam Malik karena dikhawatirkan nanti bangunan suci itu dijadikan ajang bongkar pasang para penguasa sesudah beliau. Sehingga bangunan Ka'bah tetap sesuai masa renovasi khalifah Abdul Malik bin Marwan sampai sekarang.

Penentuan Arah Kiblat/Ka'bah
Untuk menentukan arah kiblat dengan cukup presisi dapat dilakukan dengan merujuk pada kordinat Bujur / Lintang dari lokasi Ka'bah di Mekkah terhadap masing-masing titik lokasi orientasi dengan menggunakan perangkat GPS. Untuk kebutuhan tersebut dapat digunakan hasil pengukuran kordinat Ka'bah berikut sebagai referensi penentuan arah kiblat. Lokasi Ka'bah,
21°25‘21.2“ Lintang Utara
039°49‘34.1“ Bujur Timur
Elevasi 304 meter (ASL)
Adapun cara sederhana dapat pula dilakukan untuk melakukan penyesuaian arah kiblat. Pada saat-saat tertentu dua kali satu tahun, Matahari tepat berada di atas Mekkah (Ka'bah). Sehingga jika pengamat pada saat tersebut melihat ke Matahari, dan menarik garis lurus dari Matahari memotong ufuk/horizon tegak lurus, pengamat akan mendapatkan posisi tepat arah kiblat tanpa harus melakukan perhitungan sama sekali, asal pengamat tahu kapan tepatnya Matahari berada di atas Mekkah. Tiap tahun, Matahari berada pada posisi tepat di atas Mekkah pada tanggal 28 Mei pukul 16:18 WIB dan tanggal 16 Juli pukul 16:27 WIB.
Bumi berputar pada sumbu rotasinya dengan periode 24 jam. Bagi pengamat yang berada di Bumi, efek yang diamati dari gerak rotasi adalah benda-benda langit terlihat seolah-olah berputar mengelilingi Bumi dengan arah gerak berlawanan dengan arah rotasi Bumi. Bintang-bintang terlihat bergerak dari timur ke barat. Ini mirip dengan gerak pohon-pohon yang diamati saat mengendarai mobil, seolah-olah pohon-pohon itu bergerak berlawanan arah dengan gerak mobil. Efek rotasi ini menyebabkan pengamat mengamati benda-benda langit (termasuk Matahari) terbit di timur dan terbenam di barat.
Sementara itu, Bumi mengedari Matahari dengan periode 1 tahun. Akibatnya, relatif terhadap bintang-bintang pada bola langit, Matahari sendiri terlihat berubah posisinya dari hari ke hari, dan setelah satu tahun, kembali ke posisi semula. Matahari bergerak kurang lebih ke arah timur. Namun karena bidang edar Bumi (ekliptika) tidak sebidang dengan bidang rotasi Bumi (Ekuator langit), maka gerak Matahari tadi pun tidak tepat ke arah timur, tetapi membentuk sudut 23,5º, sesuai dengan besar sudut antara ekliptika dan ekuator langit.
Dari Bumi, pengamat melihat seolah-olah Matahari mengitari Bumi. Pengamat melihat Matahari mengitari Bumi pada bidang ekliptika. Karena Bidang ekliptika membentuk sudut terhadap bidang ekuator Bumi, dalam interval satu tahun itu, Matahari pada satu saat berada di utara ekuator, dan disaat yang lain berada di selatan ekuator. Matahari bisa sampai sejauh 23,5º dari ekuator ke arah utara pada sekitar tanggal 22 Juni. Enam bulan kemudian, sekitar tanggal 22 Desember, Matahari berada 23,5º dari ekuator ke arah selatan. Antara 22 Juni dan 22 Desember, Matahari bergerak ke arah selatan ekuator, bergerak relatif terhadap bintang-bintang. Sedangkan antara tanggal 22 Desember dan 22 Juni, Matahari bergerak ke arah utara ekuator.
Karena gerak tahunannya tersebut dikombinasikan dengan gerak terbit terbenam Matahari akibat rotasi Bumi, maka Matahari menyapu daerah-daerah yang memiliki lintang antara 23,5º LU dan 23,5º LS. Pada daerah-daerah di permukaan Bumi yang memiliki lintang dalam rentang tersebut, Matahari dua kali setahun akan berada kurang lebih tepat di atas kepala. Karena Mekkah memiliki lintang 21º 26' LU, yang berarti berada dalam daerah yang disebutkan di atas, maka dua kali dalam setahun, Matahari akan tepat berada di atas kota Mekkah. Kapan hal ini terjadi, bisa dilihat dalam almanak, misalnya Astronomical Almanac.
Penentuan arah kiblat dengan cara melihat langsung posisi Matahari seperti yang disebutkan di atas (pada tanggal-tanggal tertentu yang disebutkan di atas), tidaklah bisa dilakukan di semua tempat. Sebabnya karena bentuk Bumi yang bundar. Tempat-tempat yang bisa menggunakan cara di atas untuk penentuan arah kiblat adalah tempat-tempat yang terpisah dengan Mekkah kurang dari 90º. Pada tempat-tempat yang terpisah dari Mekkah lebih dari 90º, saat Matahari tepat berada di Mekkah, Matahari (dilihat dari tempat tersebut) telah berada di bawah horizon. Misalnya untuk posisi pengamat di Bandung, saat Matahari tepat di atas Mekkah (tengah hari), dilihat dari Bandung, posisi Matahari sudah cukup rendah, kira-kira 18º di atas horizon. Sedangkan bagi daerah-daerah di Indonesia Timur, saat itu Matahari telah terbenam, sehingga praktis momen itu tidak bisa digunakan di sana. Bagi tempat-tempat yang saat Matahari tepat berada di atas Ka'bah, Matahari telah berada di bawah ufuk/horizon, bisa menunggu 6 bulan kemudian. Pada tiap tanggal 28 November 21:09 UT (29 November 04:09 WIB) dan 16 Januari 21:29 UT (17 Januari 04:29 WIB), Matahari tepat berada di bawah Ka'bah. Artinya, pada saat tersebut, jika pengamat tepat menghadap ke arah Matahari, pengamat tepat membelakangi arah kiblat. Jika pengamat memancangkan tongkat tegak lurus, maka arah jatuh bayangan tepat ke arah kiblat.




Mekah 4000 tahun yang lalu hingga 400 tahun yang lalu
Di pertengahan Laut Merah antara Yaman dan Palestina, menjulanglah lingkaran gunung-gunung yang terletak kurang lebih 80 kilometer dari padang pasir. Rantaian gunung-gunung ini mengelilingi lembah sempit yang memiliki 3 jalan keluar, yang menuju ke Yaman, yang menuju ke jalan dekat Laut Merah di pelabuhan Jida dan yang menuju ke Palestina. Di dalam lembah yang tertutup gunung-gunung inilah Mekah terletak.
Bagaimana sejarah Mekah sebelum nabi Ibrahim as, para ahli sejarah tampaknya sedikit kesulitan menemukan bukti sejarahnya. Namun yang jelas di lembah ini sudah sejak zaman dulu menjadi tempat singgah dan beristirahat, karena di sana ada sumber air. Besar kemungkinan Ismail as lah yang pertama menjadikannya tempat peristirahan tetap, bukan lagi hanya tempat singgah sebentar dan pasar tukar antara yang datang dari Selatan dan dari Utara.
Mekah sampai berdirinya Ka'bah ditengarai tidak terlepas dari suku Al Amalik dan Jurhum. Sesudah nabi Ismail dan Ibrahim as kurang lebih 2000 SM alias 4000 tahun yang lalu membangun fundamen Baitul Haram pun (lihat coretan saya di sini), masih lama lagi baru Mekah berkembang menjadi sebuah kota atau sejenis kota, karena para sejarawan masih menemukan sisa-sisa kehidupan nomaden. Demikian juga dengan administrasi Baitul Haram lama sesudah nabi Ismail as meninggal dunia, masih ada di tangan suku Jurhum, sebuah suku yang selalu tinggal di Mekah.
Kekuasaan suku Jurhum atas Mekah berakhir ketika Mudad Ibn Al Harith mengalahkan suku Amalik. Di generasi inilah perdagangan Mekah maju pesat dan mengalami kesejahteraan dan kenyamanan yang tinggi sehingga mereka menjadi lengah bahwa mereka tinggal di sebuah lembah yang tidak subur dan harus selalu dirawat dan dijaga dengan seksama, sehingga air Zam-zam pun menjadi kering.
Karena itu masyarakat menjadi gelisah dan suku Khuzza berusaha mengambil alih kekuasaan. Mudad kemudian pergi ke sumber air Zamzam dan menggali lubang di sana, di mana kemudian ia menyembunyikan dua gazelle dari emas, pedang dan kekayaan lainnya dengan harapan suatu hari akan mengambilnya lagi. Ia kemudian meninggalkan Mekah bersama dengan turunan Ismail. Semenjak itu maka Mekah kemudian jatuh ke tangan suku Khuzza.
Mekah 1600 tahun yang lalu sampai Islam datang
Saat kunci dari Baitul Haram ada di tangan Hulail dan kemudian Hulail meninggal kunci jatuh ke tangan putrinya, Hubba, yang menikah dengan Kusaij ibn Kilab (kakek dari nabi Muhammad saw di generasi kelima, tahun 400 M). Namun karena Hubba tidak ingin mengurusinya, kunci kemudian diserahkan ke Abu Ghibschan Al Chuzai, seorang peminum yang saat mabuk untuk membeli minuman anggur menjualnya ke Kusaij. Suku Khuzza lalu memprotes jatuhnya kunci Baitul Haram ke Kusaij tapi karena Kusaij oleh beberapa suku dianggap penduduk Mekah yang paling bijaksana, mereka bergabung dengan Kusaij dan kemudian mengusir suku Khuzza dari Mekah. Kusaij kemudian menyatukan semua kantor dari rumah suci dan suku-suku ini pun menyatakan setuju dengan kepemimpinan Kusaij.
Sebelum itu, tidak satupun bangunan boleh dibuat di dekat Ka'bah karena memang kaum Khuzza maupun Jurhum tidak menginginkan rumah Allah bertetangga dengan bangunan lainnya. Untuk itu mereka bila malam pulang ke tempat yang agak jauh di luar. Namun atas perintah Kusaij, penguasa baru Mekah, mulai dibangunlah dekat Ka'bah bangunan-bangunan lain serta sebuah balai kota, di mana tetua Mekah di bawah pimpinannya merundingkan segala urusan kota dan bermusyawarah. Tidak ada pernikahan yang tidak dilakukan di Baitul Haram ini. Kaum Qurais membangun rumah-rumah mereka dan menyediakan cukup tempat untuk kemungkinan perluasan.
Ketika Kusaij semakin tua dan lemah, ia merasa tidak lagi mampu mengurusi Mekah. Maka kemudian ia berikan Hijaba (kantor pengawasan) dan kemudian kunci rumah ke Abdud Dar, putra tertua Kusaij. Selain itu Kusaij juga memiliki seorang putra Abdu Manaf yang lebih dihormatí dan dipanuti oleh masyarakat kota Mekah. Selanjutnya diberikan pula Sikaja (urusan minum para pelawat), Liwa (bendera) dan Rifada (urusan makanan para pelawat). Rifada ini adalah sejumlah dana yang diberikan kaum Qurais setiap tahunnya dari harta mereka ke Kusaij. Di saat lawatan Kusaij menggunakan dari uang ini untuk membeli makanan bagi yang membutuhkan. Kusaij adalah orang pertama yang mewajibkan rifada terhadap kaum Qurais.
Abdud Dar setelah itu mengurus kantor Kaaba sesuai dengan yang diperintahkan ayahnya dan kemudian putra-putranya yang melanjutkannya. Putra-putra Abdu Manaf yakni Hasim, Abdu Syam, Al Muttalib dan Naufal, lebih disukai dan dikenal daripada putra-putra Abdud Dar. Karena itu kemudian mereka berempat bersatu dan berusaha mengambil alih kekuasaan yang ada ditangan sepupunya. Sehingga terpecahlah Qurais dalam 2 partai, "Partai Berparfum" adalah turunan Abdu Manaf, disebut seperti itu karena mereka telah mencelupkan tangan mereka ke dalam parfum dan datang ke Kaaba dan bersumpah untuk tidak akan memecah belah ikatan itu. Sedangkan turunan Abdud Dar bersatu dalam "Partai Persekutuan". Kedua belah partai ini hampir saja berperang dan saling menghancurkan diri mereka sendiri namun kemudian mereka sepakat pada solusi : bani Abdu Manaf kemudian mengurus Sikaja serta rifada dan Abdud Dad mengurus hijaba, Liwa dan nadwa. Keduanya puas dengan solusi ini dan tetap seperti itu hingga Islam datang.
Haschim (464 n. Chr.) adalah pemimpin sukunya dan sangat kaya. Ia mengurusi sikaja dan rifada. Seperti yang telah dilakukan kakeknya ia pun menghimbau rakyatnya untuk menyumbangkan sebagian hartanya untuk mengurusi para pelawat, karena pengunjung dan pelawat rumah Allah adalah tamu Allah dan tamu memiliki hak dilayani dengan baik.
Hasim selain itu juga tidak pelit: kebaikan dan kemurahan hatinya juga berlaku untuk penduduk Mekah. Saat musim kering, ia menyediakan makan dan tarid, sehingga senyum di wajah penduduk Mekah dalam musim kering tidak hilang dari wajah. Selain itu Hasimlah yang memasukkan karavan musim dingin ke Yaman dan karavan musim panas ke As Syam. Melalui aturan inilah kemudian Mekah berkembang dan mencapai kejayaan sampai kemudian diakui sebagai ibukota.Di saat Mekah jaya ini, putra-putra Abdu Manaf melakukan perjanjian keamanan dan perdamaian dengan daerah tetangga. Hasyim sendiri melakukan perjanjian dengan kerajaan Romawi dan dengan bangsawan Ghassan untuk kedamaian dan persahabatan bertetangga. Ia pula yang mengusahakan izin dari kekaisaran Romawi bagi kaum Qurais, untuk menyebrangi Asy Syam. Abdu Syam mengadakan perjanjian dagang dengan Negus dari Abesinia, Naufal dan Al Muttalib dengan Persia dan perjanjian dagang dengan Hinjar di Yaman. Ketenaran Mekah semakin meningkat dengan bertambahnya kesejahteraan, dan tidak seorang pun dapat menyaingi kemahiran orang Mekah berdagang. Karavan datang dari semua arah ke Mekah dan meninggalkannya di sana. Untuk itu orang Mekah berhasil mengumpulkan pengalaman dalam hal perkreditan dan per-bungaan dan semua hal yang berhubungan dengan perdagangan.
Hasyim tetap menjadi pemimpin Mekah hingga tua, bahkan ketika keponakannya Umaya ibn Abdu Syam selesai pendidikan tetap kekuasaan di tangan Hasyim, sehingga Umayya pindah ke Asy Syam untuk 10 tahun lamanya.
Dalam perjalanan ke Madina, Hasyim menikah dengan Salma Bint Amr dari suku Khazraj dan darinya lahirlah Syaiba dan tinggal kemudian di Madina dengan ibunya. Setelah kematian Hasyim, saudaranya Al Muttalib yang melanjutkan tanggung jawab Hasyim, walaupun Al Muttalib lebih muda dari Abdu Syam tapi di masyarakat Mekah lebih dikenal dan dihormati. Bangsa Qurais menyebutnya "sang dermawan".Suatu hari Al Muttalib ingat ke putra Hasyim yang di Madina dan kemudian ia pergi ke Madina dan membawanya serta ke Mekah, ia pun kemudian mendudukkan putra Hasyim yang telah berangkat remaja di belakangnya di atas onta. Kaum Qurais mengira Al Muttalib membawa budaknya karena itu dipanggillah putra Hasyim ini dengan sebutan Abdul Muttalib, walaupun Al Muttalib berusaha menjelaskan bahwa anak itu adalah putra Hasyim. Tapi nama Abdul Muttalib lebih dikenal daripada Syaiba.Ketika Al Muttalib akan memberikan harta Hasyim pada putranya, Naufal menolak dan menyimpannya untuk diri sendiri. Kemudian Abdul Muttalib dengan bantuan pamannya dari Madina melawan pamannya di Mekah ini untuk merebut yang menjadi haknya. Setelah kematian Al Muttalib, Abdul Muttalib mengambil alih tanggung jawab Hasyim yakni Sikaja dan Rifada. Setelah keringnya air zamzam, maka untuk memenuhi kebutuhan air minum harus diambil dari beberapa sumber air di sekitar Mekah dan disimpan dalam kolam air dekat Ka'bah. Bila ia memiliki banyak putra tentulah hal ini tidak masalah, tapi karena ia hanya memiliki satu putra saja, Abdul Muttalib menjadi sangat khawatir.
Pada masa itu, orang-orang Arab seringkali mengingat kembali sumber air zamzam yang saat masa Mudad kering dan ditutup oleh harta karun. Mereka seringkali berharap agar air zamzam kembali mengalir. Lebih dari yang lain tentu saja terutama hal ini menjadi beban pikiran Abdul Muttalib. Hingga masalah ini terbawa ke dalam mimpinya, di mana di dalam mimpi itu ia diminta untuk menggali sumber air di mana nabi Ismail as dulu keluar. Sehingga karena panggilan untuk menggali ini demikian nyata, ia kemudian segera mencari sumber air zamzam dan berhasil menemukannya di antara berhala Isaf dan Naila. Dibantu oleh putranya Al Harits mulailah ia menggali sampai terpancarlah air zamzam keluar demikian juga dengan kedua gazel dari emas dan pedang Mudad.
Kaum Qurais menginginkan bagian dari sumber air dan apa yang telah ditemukan oleh Abdul Muttalib. Namun ia tidak setuju dan mengusulkan untuk melakukan undian yang kemudian juga disetujui oleh kaum Qurais. Undian ini ternyata dimenangkan oleh Abdul Muttalib. Pedang diambil oleh Abdul Muttalib dan gazelle emas untuk Ka'bah. Oleh Abdul Muttalib pedang kemudian dilebur dan dijadikan pintu untuk Ka'bah dan gazelle emas dijadikan dekorasi untuk Baitul Haram. Semenjak itu pengurusan Sikaja menjadi lebih mudah dengan ditemukannya air Zamzam ini.Mekah sesudah zaman nabi Muhammad SAW
Sesudah zaman nabi besar SAW, Mekah telah berkali-kali diduduki. Di abad ke-13, Mesir mengambil alih kota Mekah. Mulai tahun 1517 Mekah dibawah Usmani yang kemudian menjadi kalifah. Di masa ini untuk pertama kali Ka'bah diperluas. Tahun 1916 syerif Hussein ibn Ali yang kemudian menjadi raja Hija berhasil mengalahkan kekuasaan Turki atas Mekah. Tahun 1924 Abd al-Aziz ibn Saud, sultan lama dari Naj menduduki Mekah. Ia yang membuat Mekah menjadi pusat keagamaan dari Saudi Arabia.Mekah, Ka'bah dan Sumber air zamzam sekarangMekah sekarang berpenduduk sekitar 1,3 juta orang dan saat musim haji bisa bertambah 3 kali lipat. Pelindung dan penguasa dari Mekah dan Madina sejak tahun 1986 adalah raja Saudi. Sejak tahun 2005 adalah Abdullah ibn Abdulaziz Al Sa'du. Urusan kehakiman kota berdasarkan Sariah dan dilakukan oleh pengadilah kadi.Ka'bah (artinya kubus, dadu) juga disebut dengan nama Baitullah, Baitul Atiq atau rumah tua adalah bangunan berukuran 12 x 10 x 15 meter. Di atasnya ditutup oleh kain hitam yang disebut kiswah. Kiswah ini setiap tahun diganti dengan yang baru, di atasnya dihiasi oleh surat-surat Al Quran dari emas dan perak setinggi 3 sampai 4 meter. Karena dengan kelembaban udara hampir 90%, hiasan ini lekas memucat dan memudar dan menjadi hitam karena peraknya beroksidasi sehingga tidak heran setiap tahun tidak hanya hiasannya saja tapi juga seluruh kiswah harus diganti. Di pabrik Kiswah ini bekerja 100 laki-laki sepanjang tahun untuk menyelesaikan kain ini. Mereka pergunakan setiap tahunnya kurang lebih 400 kg benang emas dan perak, yang lebih tipis dari seperrtiga milimeter dan dari emas murni 999 karat dan perak.Di dalamnya ada hajjar aswad (artinya batu hitam) terletak di pojok Selatan Ka'bah. Dikabarkan batu hitam ini adalah meteorit tapi ada pula yang mengatakan batu ini adalah hadiah dari malaikat Jibril.Nama zamzam berasal dari Zomë Zomë, yang artinya 'berhenti mengalir'. sumur Zamzam terletak kurang lebih 20 meter di sebelah Timur Ka'bah. Sumur zamzam ini dibor oleh tangan dengan kedalaman kurang lebih 30,5 m, dengan kisaran diameter dalam 1,08 sampai 2,66 m. Secara hidrologis, sumur ini terletak di Wadi Ibrahim, yang mengalir membelah Mekah, dan keran air tanah dari aluvium wadi, seperti badan batu karang dasar yang segar. Bagian atas yang 13,5 meter dalam aluvium berpasir dari wadi Ibrahim dan 17 meter di badan karang dasar diorit. Diantaranya ada 0,5 meter tebal karang (weathered) yang sangat permeable. Jumlah muslim yang mengunjungi Mekah telah naik secara dramatis di 3o tahun terakhir, dari sekitar 400.000 per tahun di pertengahan tahun 1970.
Perbaikan pompa Zamzam dan sistem penyimpanan
Untuk mengatur kebutuhan air Zamzam dari sumur Zamzam, air Zamzam dipompa, dittreatment dan disimpan di tangki penyimpanan bawah tanah secara kontinyu. Sebelum didistribusi ke konsumen dan dikirim ke Madinah, air zamzam harus melalui rangkaian filter pasir, filter mikro dan disinfektan dengan ultraviolet.
Optimasi dari supplai air Zamzam dan distribusi
Para haji membawa air zamzam kembali ke rumah biasanya dalam plastik yang berukuran 10 atau 20 liter, yang mana mereka isi sendiri dari beberapa titik pengisian, yang terletak di sekeliling Al-Haram dan di pusat pengisian. Tapi lebih sering mereka membeli tangki yang sudah diisi dari penjual di jalan.
Sistem distribusi ini membutuhkan penanganan higienis dan usaha penanganan yang lebih baik. Karena itu, Zamzam Studies and Research Center terus dalam proses untuk mengevaluasi sistem pengisian sekarang ini dan desain peningkatan yang akan mengurangi libatan langsung manusia dan penjual.




Tidak ada komentar: